Jutaan Orang Hadiri Rapat Ikhwanul Muslimin

Jutaan Orang Hadiri Rapat Ikhwanul Muslimin

KAIRO - Ikhwanul Muslimin berjanji akan terus melanjutkan unjukrasa dan rapat umum seraya menyerukan kepada seluruh pendukungnya untuk melawan militer yang menjatuhkan Presiden Mesir terpilih, Mohamed Morsi, dalam kudeta 3 Juli 2013. Namun mereka juga membuka jalan negosiasi dengan lawan-lawannya.

Pendukung presiden terguling dan kelompok Aliansi Nasional untuk Legitimasi pada Jumat (19/7), menggelar rapat umum. Acara ini dihadiri oleh jutaan orang dari seluruh pelosok Mesir.

Sebelumnya, pada Kamis (18/7), presiden pilihan militer, Adly Mansour, mengatakan pada pidato pertamanya seusai dilantik sebagai pemimpin Mesir, dia akan melindungi negara dari kekacauan. Sedangkan militer dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa siapa pun yang menggalang kekerasan dan menyimpang dari unjukrasa maka dia memasukkan hidupnya dalam bahaya.

Rapat umum pendukung Morsi sengaja digelar sebagai tanggapan atas penolakannya terhadap pemerintahan sementara dukungan militer. "Setiap warga Mesir, baik pria maupun wanita, memiliki kebebasan. Ayo keluar, lawan kudeta berdarah militer," demikian salah satu butir pernyataan Aliansi seperti dilansir tempo.co.

Namun demikian, salah seorang pucuk pimpinan Ikhwanul Muslimin mengatakan, sehari setelah Ikhwan bertemu dengan utusan khusus Uni Eropa, Catherine Asthon, mereka telah menyampaikan usulan kerangka kerja dalam rangka membicarakan krisis Mesir yang dimediasi Uni Eropa. "Kami tak pernah menutup pintu dialog," ujar Gehad el-Haddad, juru bicara Ikhwanul Muslimin.

Sementara itu, presiden sementara Mesir, Adly Mansour, bersumpah bahwa dirinya akan melindungi segenap tumpah darah dan menghindarkan Mesir dari kekacauan. Pesan itu disampaikan mengacu pada unjukrasa yang dilakukan oleh para pendukung Morsi.

Dalam pidato pertamanya yang disiarkan secara nasional, Mansour mengatakan, Mesir akan terus berjalan menuju tahap sejarah yang menentukan di mana sebagian orang menginginkan negara ini masuk ke dalam ketidakpastian dan rusuh.

"Mereka ingin periode ini menjadi masa memperkenalkan kekerasan, sebaliknya kami ingin membangun konsep perlindungan kehidupan dan hak asasi manusia," ucap Mansour. Dia melanjutkan, pemerintahannya tetap komitmen pada mewujudkan keamanan dan stabilitas. (rep05)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index