Yuk, Melihat Langsung Fasilitas Mewah JIS

 Yuk, Melihat Langsung Fasilitas Mewah JIS
Jakarta-Ada yang berbeda saat Okezone dan sejumlah jurnalis menyambangi Jakarta International School (JIS) yang belakangan banyak disoroti media massa lantaran kasus pelecehan seksual yang mendera muridnya.
 
Begitu menginjakkan kaki ke sekolah anak para ekspatriat itu pada 1 Mei yang bertepatan pada hari buruh internasional, pihak JIS nampak welcome dengan para jurnalis yang hendak meliput kondisi terkini di sekolah yang dikenal dengan pengamanan super ketat itu.
 
Terlihat suasana yang berbeda, di mana sekolah mewah itu bak rumah mewah yang ditinggalkan pembantunya. Dedaunan yang berguguran nampak diabaikan oleh petugas kebersihan, lalu lalang mobil mewah pun tidak begitu terlihat seperti biasanya.
 
Namun, ketika masuk ke area halaman sekolah, terlihat grafiti dinding yang bertuliskan Respect, Responsiblity, Fun, Perseverence, Compassion Ballance, dan Integrity. 
 
Deretan kata berbahasa Inggris itu seakan memberi pesan kepada halayak umum bahwa seperti itulah kehidupan riil para siswa yang mengenyam pendidikan di JIS. 
 
Tak ketinggalan di sisi tembok terpampang  foto-foto anak tersenyum ria, terbingkai dengan kata-kata Relating, Revlectiveness, dan Resourcefulness.
 
Tidak sampai di situ, para awak media juga melihat gedung megah yang letaknya persis di depan foto-foto anak tadi. Ya, gedung itu adalah Fine Arts Theatre yang berkapasitas lebih kurang 1.000 orang. 
 
Ruangan gedung tersebut berisi berbagai macam karya seni pahat, seni patung, alat seni musik, dan lain-lain. Pemandangan itu seakan menunjukkan kepada para tamunya bahwa 'penghuni' sekolah tersebut berjiwa seniman.
 
Selang beberapa saat setelah berkeliling, awak media kemudian disambut oleh sang kepala sekolah, Timmothy Car. Pria bule itu pun menyapa jurnalis dengan ramah. "Hai apa kabar," ujar dia mengawali pembicaraan.
 
Timmothy lalu berjalan perlahan memperkenalkan setiap sudut sekolah JIS. Setibanya di salah satu pohon bernama healing tree. Dia lalu menghentikan langkah kakinya sembari menjelaskan bahwa pohon tersebut tempat di mana anak- anak menempelkan pesan pendek tentang keinginan alias maupun cita-cita mereka. 
 
Sembari meneruskan berjalan menuju masjid di komplek sekolah JIS, wartawan menyindir Timmothy dengan celetukan 'katanya guru JIS tidak beragama?' Dia pun sontak dengan tegas membantah anggapan tersebut.
 
"Di sini diajarkan agama secara unversal. Semua agama dan aliran kami kenalkan kepada anak-anak. Kami bebaskan mereka beribadah," tegas pria paruh baya yang akrab disapa Mr Timm itu dalam dialek Inggris.
 
Dia mengungkapkan, di sekolahnya turut diajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia, setiap hari berdurasi 40-45 menit. Mata pelajaran Bahasa Indonesia bahkan menjadi syarat kelulusan bagi anak setingkat SMA. Selain itu, para murid juga diajari berbagai kebudayaan Indonesia. 
 
Terkait isu miring yang beranggapan bahwa JIS merupakan cerminan sekolah ala barat, dan sistem keamanan super ketat layaknya kantor kedutaan, Timmothy berdalih bahwa sekolahnya sangat menjunjung tinggi etika dan tentunya aspek keamanan. "Kami belajar kebudayaan dunia, termasuk Indonesian culture," tuturnya.
 
Sungguh ironis memang, di kampus dengan pengamanan super ketat, pihaknya masih saja kecolongan dengan tindakan kekerasan seksual oleh oknum petugas kebersihan. "Di sini terpasang sekira 4.000 CCTV yang tersebar di seluruh pojok sekolah yang luasnya sekira 17 hektare," kilahnya.
 
Hampir semua fasilitas mewah diperkenalkan oleh Mr Timm, mulai dari sarana olah raga kelas wahid, ruang teater yang luas, hingga perpustakaan super lengkap. Namun sayang, wartawan tidak diperbolehkan mengintip lokasi peristiwa aksi kekerasan seksual terhadap muridnya yang ramai diberitakan media massa. 
 
Para jurnalis kemudian menanyakan alasan Mr Timm menolak memperlihatkan lokasi perbuatan nista yang memalukan itu. Mr Timm berdalih dia tidak ingin membuat anak didiknya di JIS resah dengan kehadiran wartawan.
 
"Karena dapat mengganggu privatisasi anak-anak, dan kami tidak ingin mereka menjadi bertanya-tanya, kok ada wartawan" ujar Timmothy beralasan.
 
Padahal, saat itu bertepatan dengan hari libur nasional. Di mana tidak ada kegiatan belajar mengajar yang terlihat di sekolah tersebut. Para awak media hanya tersenyum simpul mendengar jawaban sang kepala sekolah elite itu.(rep05)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index