Gawat, Misi ke Mars Dibayangi Risiko Kanker

Gawat, Misi ke Mars Dibayangi Risiko Kanker
Upaya meneliti, menginjakkan kaki, dan mengolonisasi Mars menemui tantangan. Riset terbaru menunjukkan, total radiasi yang akan diterima manusia saat perjalanan ke Mars melebihi dosis maksimal.
 
Instrumen Radiation Assesment Detector (RAD) kendaraan antariksa Curiosity mengukur total radiasi yang diterimanya selama 253 hari dan 560 juta kilometer perjalanan menuju Mars. Hasil pengukuran dipublikasikan di jurnal Science, Jumat (31/5/2013).
 
Eddie Semones seperti dikutip Universe Today, Minggu (2/6/2013), mengungkapkan bahwa berdasarkan pengukuran, total radiasi yang diterima astronot selama misi pulang dan pergi ke Mars yang lebih dari setahun akan melebihi dosis yang diperbolehkan sepanjang karier astronot itu.
 
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memiliki kebijakan bahwa radiasi yang diterima oleh astronot tak boleh meningkatkan risiko kanker lebih dari 3 persen. Untuk ilustrasi, radiasi sebesar 1.000 milisievert sepanjang karier akan meningkatkan risiko kanker 5 persen.
 
Diberitakan Space.com, Jumat lalu, jumlah radiasi yang diterima terukur oleh instrumen RAD sebesar 1,8 milisievert setiap harinya. "Berdasarkan data ini, dan model kami yang melakukan konfirmasinya, kita akan menerima lebih dari batas 3 persen," kata Semones.
 
Radiasi di permukaan diduga lebih rendah. Berdasarkan pengukuran awal, radiasi yang diterima sebesar 0,7 milisievert, lebih kurang sama dengan radiasi yang diterima astronot di International Space Station (ISS).
 
Tantangan melakukan misi ke Mars dan mengolonisasinya memang berat. Namun, bukan berarti hal itu menjadi alasan untuk berhenti berupaya. Beberapa teknologi bisa dikembangkan untuk mendukung upaya mewujudkan misi ke planet merah.
 
Semones mengatakan, salah satu yang perlu dikembangkan adalah teknologi propulsi. Pengembangan teknologi ini akan membantu menyingkat waktu perjalanan ke Mars sehingga radiasi yang diterima bisa lebih kecil.
 
"Kita perlu ke sana lebih cepat untuk mengurangi dampak sinar radiasi kosmos, tetapi kita perlu pelindung, pelindung lokal, untuk melindungi efek dari partikel Matahari. Jadi ini bisa berjalan bersamaan," urai Semones.
 
Agar perjalanan ke Mars lebih cepat, salah satu yang perlu diupayakan adalah teknologi propulsi yang jauh lebih baik. Chris Moore, Deputi Direktur Eksplorasi Lanjut NASA, mengatakan bahwa teknologi nuclear thermal rocket menjanjikan walaupun masih perlu dikembangkan.
 
Sementara soal pelindung, Moore mengungkapkan bahwa air punya potensi untuk mengurangi radiasi. Hidrogen yang terkandung dalam air terbukti menjadi pelindung efektif dari radiasi sinar kosmos. Dengan pengembangan teknologi, misi ke Mars pasti terwujud. Tetapi, apakah akan terwujud pada 2030 seperti yang direncanakan? (rep04)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index