Meranti Optimis JSR Siap Akhir 2014

Meranti Optimis JSR Siap Akhir 2014

SELATPANJANG  – Optimisme pembangunan Jembatan Selat Rengit (JSR) akan tuntas ahir tahun 2014, tidak hanya terlontar dari pihak pelaksana proyek PT Nindya Karya. Pemkab Kepulauan Meranti juga merasa optimis, pembangunan jembatan yang menghubungkan antara daratan Pulau Merbau dan Pulau Tebing Tinggi ini akan selesai sesuai jadwal.

Komitmen Pemkab Kepulauan Meranti membangun jembatan yang akan melintas diatas Selat Rengit tersebut tidak hanya sebatas merangkai pulau mengurai keterisoliran. Ada pesan dan program masa depan yang dirancang Pemda dalam menggegas pembangunan jembatan yang menelan lebih dari 467 miliar dana APBD Meranti tersebut.

Bupati Kepulauan Meranti, Irwan Nasir, MSi mengungkapkan hal ini, Selasa (18/6), saat meninju lokasi proyek pembangunan JSR di Mekung Kecamatan Tebing Tinggi Barat. Turut bersama Irwan, Ketua Komisi I DPRD Meranti, Dedy Putra, Shi, Fauzi Hasan, SE anggota Komisi II DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti.

“Pembangunan JSR ini tidak hanya sebatas merangkai pulau, mengurai keterisoliran masyarakat. Di sisi lain, pembangunan JSR ini juga sebagai bukti dan langkah awal Pemda Meranti dalam upaya mengurangi emisi karbon. Kita akan lestarikan hutan mangrove di sekitar areal JSR ini sebagai kawasan sabuk hijau yang tak boleh dirambah.. Ini merupakan bukti komitmen kita dalam menjaga kelestarian lingkungan, mencegah pemasan global,” ungkap Bupati.

Pembangunan JSR yang melintas diatas Selat Rengit lanjut Bupati, memang menjadi titik tonggak Meranti dalam menjawab persoalan keterisoliran mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan public, khususnya mencapai pusat ibu kota, Selatpanjang.

Namun, dibagian pembangunan JSR ini juga diselaraskan dengan program Pemda Meranti dalam upaya melestariakan kawasan sabuk hijau hutan mangrove di dua sisis bantaran Selat Rengit. Kawasan sabuk hijau hutan mangrove ini, akan kita jadiakan sebagai pusat ekoswisata alam dengan tetap mempertahankan rerimbunan hutan mangrove. Untuk itu, hutan mangrove di dua sisi ini tidak boleh di rambah atapun ditebang untuk alasan apapun.

Secara fisik, rerimbunan hutan mangrove ini tidak hanya mencegah abrasi  yang menghantam bibir tebing sepanjang pulau Merbau dan pulau Tebing Tinggi di sepanjang Selat Rengit, secara ekolgis hutan mangrove ini merupakan nufah bagi kehidupan ekosistem alam. Hutan mangrove secara ekologi, juga memilki peran dan pungsi untuk menahan pelepasa gas emisi karbon ke udara.

Dengan demikian, secara tidak langsung pembangunan JSR yang diselaraskan dengan program pelestarian sabuk hijau dibantaran Selat Rengit menjadi bukti bahwa Meranti selangkah lebih maju dalam mendukung program pemerintah dalam menekan laju pelepasan emisi karbon ke udara.

“Tahap demi tahap, untuk langkah awal kita bangun dulu JSR. Setelah itu, baru kita lanjutkan dengan program pengembangan pelestarian sabuk hijau hutan mangrove sepanjang bantaran Selat Rengit. Untuk itu, kita akan terus gesa penyelesaian pembangunan JSR ini agar selsesai tepat waktu. Pembangunan JSR ini memang mahal, tapi dari sisi manfaat dan program penyelamatan lingkungan yang kita sandingkan dengan program pembangunan JSR ini lebih mahal lagi. Karena ini menyangkut kelestarian lingkungan masa depan dan konstribusi Meranti dalam mengurangi emisi gas karbon yang bisa memicu pemanasan global,” beber Bupati dilansir haluankepri.com.(rep2)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index