Pulang dari G-20, SBY Janji Pulihkan Ekonomi

 Pulang dari G-20, SBY Janji Pulihkan Ekonomi

JAKARTA - Setelah pulang dari G-20, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, dia dan jajarannya akan menangani pemulihan ekonomi secara intensif agar pertumbuhan tetap terjaga.

“Artinya, Kita harus serius untuk mengantisipasi hal ini. Presiden Obama sampaikan bahwa perbaikan ekonomi AS ini dilakukan karena the Fed melakukan quantitave easing,” kata SBY, seperti dilansir dari laman Setkab, Minggu (8/9).

Presiden mengajak segenap lapisan masyarakat untuk bekerja all out dan tidak panik dalam menghadapi tekanan ekonomi yang kini dihadapi Indonesia,  sebagaimana halnya yang kita lakukan pada tahun 1998 dan 2008-2009.

Saat jumpa pers di Hotel Grand Emerald, St Petersburg, Rusia, Sabtu (7/9) pukul 10.00 waktu setempat, Presiden SBY mengatakan, terkait krisis ekonomi ini sejumlah negara maju telah mulai melakukan recovery seperti Amerika Serikat.

“Namun, di tengah kemajuan negara maju, negara emerging country, seperti BRICS, ekonominya mengalami tekanan. Dengan demikian, tekanan ekonomi bukan hanya dihadapi oleh Indonesia," kata Presiden SBY, dilansir detikfinance, saat jumpa pers itu didampingi oleh Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menlu Marty Natalegawa, Mensesneg Sudi Silalahi, Mendag Gita Wirjawan, Menkeu Chatib Basri, Menperin MS Hidayat, dan Mendikbud Mohammad Nuh.

Menurut Presiden SBY, dalam pertemuan G-20 di St. Petersburg, Rusia, hal yang menjadi concern lain adalah growth, investasi, job, stabilitas nilai tukar, dan aspek-aspek lain yang ingin dijaga oleh ekonomi bersama oleh G-20.

Presiden menjelaskan, BRICS, emerging market sekarang ini mengalami tekanan ekonomi baru. Rusia misalnya diperkirakan tumbuh 3,3 persen. Namun, ada juga yang mengatakan kurang dari itu. India diramalkan akan tumbuh 5,6-5,7 persen. Afrika Selatan juga diperkirakan tumbuh 2 persen. Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5,8 persen.

Jika perkiraan pertumbuhan Indonesia tercapai, lanjut SBY, berarti akan tumbuh di bawah China. Selain itu, hal yang penting adalah nilai tukar. Nilai rupiah yang saat ini tertekan 7,79 persen . Sedangkan, Rusia terdepresiasi 12 persen , Brasil 15,51 persen, Turki 8,81 persen. (rep05)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index