Meranti Produksi 3.000 Ton Pellet per Bulan

Meranti Produksi 3.000 Ton Pellet per Bulan

SELATPANJANG  – Pengolahan limbah ruyong sagu menjadi sumber energi alternatif di Meranti memberikan dampak positif bagi daerah ini. Meranti akan menjadi salah satu pengekspor bioenergi pellet ke Eropa dan Asia. Sekitar 3.000 ton pellet akan diekspor setiap bulan.

Hal ini diungkapkan Bupati Kepuluan Meranti Irwan Nasir, Minggu (16/6). "Ke depan, Meranti siap menghasilkan bionergi yang bisa menggantikan peran minyak dan gas sebagai sumber energi listrik. Insya Allah, dengan beroperasinya PT Sara Rasa Biomas (SRB), Meranti siap mengeskpor bionergi ke Eropa dan kawasan Asia. Kalau PLN siap membeli energi terbarukan ini, tentu akan menjadi energi listrik menggantikan fungsi migas," katanya.

Irwan menyatakan, Pemda Meranti mendukung penuh perusahaan pengolah limbah sagu tersebut baik untuk kebutuhan ekspor maupun untuk kepentingan industri energi dalam negeri.  Sebab. sebagai daerah yang memiliki perkebunan sagu, industri pengolahan limbah sagu akan terus berkembang. Apalagi masyarakat juga terus mengembangkan budidaya perkebunan sagu. Sehingga bahan baku limbah ruyong sagu tidak akan pernah putus.

“Multiefek dari beroperasinya industri pengolahan limbah ini sangat besar bagi masyarakat dan Pemda. Selain menambah PAD dan menyerap tenaga kerja, persoalan tumpukan limbah ruyong kini terselesaikan. Ini menjadi titik awal menuju green energi. Dan tidak tertutup kemungkinan untuk mengelola limbah repu sagu, kulit kopi maupun tempurung kelapa yang selama ini terbuang. Kita dukung penuh investor yang mau berinvestasi," terangnya dilansir haluankepri.com.

3.000 Ton Pellet

Vice Presiden PT SRB Santeri Rantala mengatakan, untuk tahap awal mesin pengolah limbah mampu memproduksi 100 ton pellet per hari. Sedangkan sumber bahan baku ruyong sagu didapatkan dari sejumlah industri pengolah sagu yang tersebar di berbagai daerah di Meranti. Dari 47 pabrik sagu yang ada, sudah 50 persen yang melakukan MoU dengan PT SRB sebagai penyuplai bahan baku limbah ruyong sagu dengan harga 8 dolar AS per ton.

“Dengan kapasitas mesin yang kita miliki, dalam satu bulan kita mampu memproduksi 3.000 ton pellet. Tenaga kerja yang terlibat mencapai 100 orang. Ke depan, dengan stabilnya produksi, kita perkirakan Meranti akan mampu mengekspor 3.000 ton pellet bionergi ke Eropa dan kawasan Asia seperti Jepang, Cina, Korea dan Singapura. Pellet bionergi ini akan dikonversikan menjadi bahan bakar pemanas ruangan dan energi listrik yang ramah lingkungan,” ungkap Santeri.(rep2)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index