JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Jimly Asshiddiqie, mengungkapkan bahwa Jimly School of Law and Government mendapat dukungan keuangan dari Newmont. Pengakuan ini terungkap dalam sebuah wawancara terbuka yang dilakukan oleh anggota pansel Capim KPK, Supra Wimbarti, di Kantor Sekretariat Negara pada tanggal 25 Agustus.
Supra Wimbarti dengan tegas menanyakan asal-usul dana yang mendukung pendirian Jimly School, "Bapak kan memiliki Jimly School, itu dananya darimana?"
Jimly memberikan jawaban tegas bahwa meskipun ia memiliki nama besar, dana yang digunakan untuk mendirikan sekolah tersebut berasal dari dana pribadi beberapa rekannya. Ia hanya menyumbangkan namanya untuk sekolah tersebut karena ia mengakui bahwa ia tidak memiliki banyak uang. Jimly menjelaskan, "Saya hanya punya nama, jadi nama saya, saya wakafkan. Artinya saya tidak boleh dapat apa-apa, kalau saya diundang saya hanya mengajar sama dengan yang lain."
Namun, Supra Wimbarti tampaknya tidak puas dengan jawaban tersebut dan terus mengejar sumber dana sekolah hukum tersebut. Berdasarkan informasi yang ia terima, Jimly School ternyata menerima dukungan keuangan dari Newmont.
"Informasi dari saya adalah ada dana dari Newmont?" tanya Supra.
Jimly mengakui bahwa ada kucuran dana dari Newmont untuk beberapa proyek, seperti pelatihan di daerah. Namun, ia menegaskan bahwa proyek-proyek tersebut sudah selesai dua tahun yang lalu.
Sebagai catatan tambahan, tim Pansel Capim KPK melakukan wawancara terbuka dengan 19 Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK) selama tiga hari, mulai dari 24 hingga 26 Agustus 2015. Sebelumnya, Pansel KPK telah mengumumkan 19 nama Capim yang lolos ke tahap berikutnya. Dari 19 nama tersebut, akan diseleksi menjadi 8 nama yang kemudian akan diajukan oleh Presiden Jokowi ke DPR.