Ekonomi Membaik, Rupiah Naik ke Rp14.415 per Dolar AS

Ekonomi Membaik, Rupiah Naik ke Rp14.415 per Dolar AS

Jakarta - Nilai tukar rupiah bertengger di posisi Rp14.415 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (7/7) pagi. Mata uang Garuda tersebut menguat 0,52 persen dibandingkan perdagangan kemarin sore di level Rp14.490 per dolar AS.

Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS.  Dolar Singapura menguat 0,01 persen, dolar Taiwan menguat 0,29 persen, dan won Korea Selatan menguat 0,21 persen. 

Yuan China juga mengalami penguatan sebesar 0,16 persen. Diikuti ringgit Malaysia yang menguat 0,13 persen dan baht Thailand menguat 0,13 persen.

Pelemahan terjadi pada yen Jepang sebesar 0,02 persen, peso Filipina melemah 0,02 persen dan rupee India yang melemah 0,06 persen.

Di sisi lain, mayoritas mata uang di negara maju terpantau melemah dihadapan dolar AS. Poundsterling Inggris tercatat melemah 0,06 persen, dolar Australia melemah 0,03 persen dan dolar Kanada melemah 0,05 persen.

Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memprediksi rupiah masih berpotensi menguat terhadap mata uang Negeri Paman Sam hari ini dengan sentimen positif yang mendorong penguatan indeks saham AS tadi malam.

Potensi penguatan rupiah, kata Ariston, berada kisaran di Rp14.400-14570 per dolar AS. "Pelaku pasar masih merespons positif potensi pemulihan ekonomi global dengan membaiknya data-data ekonomi yang baru dirilis," terangnya.Kemarin (6/7), lanjut Ariston, beberapa data ekonomi dari negara maju menunjukkan aktivitas ekonomi yang sudah bertumbuh atau bahkan mulai pulih, seperti Jerman dan zona Eropa yang melaporkan peningkatan penjualan ritel sepanjang Mei.

Tak hanya itu, Inggris juga melaporkan peningkatan aktivitas konstruksi pada Juni, dan AS yang melaporkan pulihnya aktivitas sektor jasa.

Selain itu, kebijakan BI yang memberikan stimulus dengan membeli obligasi pemerintah untuk membantu mendanai APBN juga memberikan sentimen positif untuk rupiah.

"Namun demikian, pasar masih mewaspadai peningkatan laju penularan covid-19 di dunia yang masih membebani pergerakan aset berisiko," pungkasnya.(rep05)

##kombis

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index