Perubahan Iklim, Kepulauan di Pasifik Mulai Tenggelam

Perubahan Iklim, Kepulauan di Pasifik Mulai Tenggelam

Penduduk di sejumlah Kepulauan Pasifik memperingatkan perubahan iklim berdampak serius bagi tempat tinggal mereka.

Pulau-pulau itu dilaporkan makin tidak layak huni akibat naiknya air laut ke daratan. Bencana banjir kian parah, belum lagi kekeringan dan badai.

Dilansir Guardian, Minggu 1 September 2013, penduduk kepulauan itu akhirnya menantang pemimpin dunia untuk bertindak atas perubahan iklim itu. Kepulauan Mashall siap menjadi tuan rumah KTT tahunan Pulau Pasifik.

"Pasifik sedang berjuang untuk kelangsungan hidupnya. Perubahan iklim sudah tiba," ujar Christopher Loeak, Presiden Kepulauan Marshall.

Awal tahun ini, Loeak mengungkapkan, pulau yang ditinggalinya mengalami keadaan darurat menyusul bencana kekeringan dan banjir terburuk selama masa hidupnya.

Air pasang aneh hampir menghancurkan ibukota, melewati dinding laut dan membanjiri landasan pacu bandara. Selain itu, kekeringan membuat 6.000 penduduk hidup dengan air kurang dari satu liter setiap hari.

Kondisi serupa juga melanda kepulauan lain, seperti Solomon, Tuvalu, dan kepulauan Carteret. Awal tahun ini, Kiribati, sebuah pulau Pasifik lain, disebutkan akan tenggelam dalam waktu 30-60 tahun akibat genangan dan kontaminasi pasokan air tawar. Kiribati bahkan berencana membeli tanah seluas 2.000 hektar di Fiji sebagai tepat tinggal baru untuk warganya.

"Saya mengatakan 'selamat datang perubahan iklim' saat orang datang ke sini (Marshall)," ujar Loeak, yang rumahnya hampir hanyut.

"Kami tidak akan berhenti memberitahu orang-orang bahwa ini adalah masalah nyata bagi kemanusiaan. Kami akan menjadi warga pertama yang merasakannya. Tapi kondisi ini akan datang kepada mereka, dan mereka harus segera menyadarinya," tutup Loeak.(rep2)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index