Jakarta - Sosok Taylor Swift bagi banyak masyarakat dunia, kini bukan hanya sosok musisi terkenal yang memiliki jutaan penggemar di seluruh dunia. Kerena kekuatan musiknya, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa sepertinya tak bisa menolak kehadiran musik yang dinyanyikan dan diciptakannya. Seperti memiliki efek domino, kini Swift bukan sekadar ikon pop, tetapi ialah industri pop itu sendiri. Wanita berusia 33 tahun ini bukan cuma superstar, ia juga superhero yang jadi motor ekonomi sekitarnya.
Kejeneniusannya dalam mencipta lagu hingga menggebrak panggung, membuatnya menjadi terkenal sejagat, juga kaya raya. Bahkan pada akhir 2023 lalu, bintang pop itu jadi pendatang baru di daftar miliarder global versi Bloomberg Billionaires Index. Hartanya ditaksir tembus US$1,1 miliar atau Rp16,9 triliun (asumsi kurs Rp15.550 per dolar AS).
Melansir Bloomberg, Swift adalah salah satu dari sedikit entertainer yang menjadi kaum jetset cuma berdasarkan karya musik. Bersama Rihanna, namanya masuk dalam jajaran miliarder wanita AS dari hasil usaha sendiri pada 2021. Dua musisi ini menjadi crazy rich bukan hasil warisan, tetapi kerja kerasnya sendiri.
Bedanya, kekayaan Rihanna mayoritas berasal dari saham di bisnis kecantikan miliknya, Fenty Beauty. Sementara Swift cuma mengandalkan musik sebagai keran cuan.
Rihanna mungkin masih menjadi musisi wanita terkaya dunia dari musik dan bisnis kecantikannya, tetapi Swift merupakan entertainer dengan pendapatan tertinggi pada 2016 dan 2019 versi Forbes.
Pada 2022, peringkat Swift turun ke urutan ke-9 dengan pendapatan US$92 juta. Jumlah itu diperoleh dari penjualan fisik album, tiket konser, streaming Spotify dkk, unduhan digital, dan lisensi.
Di posisi puncak ada pionir rock Genesis dengan pendapatan US$300 juta, disusul Sting sebesar US$210 juta. Di 10 daftar entertainer paling profit itu juga ada duo pembuat serial The Simpsons yakni James L. Brooks dan Matt Groening, lalu aktor Brad Pitt dan sutradara Avatar, James Cameron.
Namun Swift diprediksi bakal merangkak lantaran penjualan tiket konser Tour Eras ludes di setiap negara tempat ia manggung.
Swift adalah penyanyi wanita pertama dan satu-satunya yang tiga kali menyabet Album of The Year dari Grammy Awards, untuk Fearless (2009), 1989 (2015) dan Folklore (2020).
Taylor Alison Swift. Itu nama lengkapnya. Lahir di West Reading, Pennsylvania pada 13 Desember 1989. Tak cuma hobi bernyanyi, Swift juga jago menulis lagu dan puisi.
Ketertarikan pada musik sudah terlihat sejak kecil. Saat berusia 9 tahun, Swift terlibat dalam pertunjukan drama musikal di sekolah.
Sebelum masyur sebagai bintang pop, awalnya Swift membawakan musik country. Lagu-lagu ciptaannya dibawakan sambil bermain gitar. Tembang Love Story termasuk salah satu karyanya yang paling booming saat awal berkarir.
Swift pun mengeksplorasi bakat dan minatnya dalam bermusik. Akhirnya ia merambah musik pop.
Di satu sisi, pilihan ini disayangkan penggemar terdahulunya yang lebih suka ia tetap menjadi country girl, dengan suara gitar cukup dominan dan musiknya. Namun di sini lain, Swift merengkuh pasar yang lebih luas. Banyak penggemar baru yang menggilai karya-karya jeniusnya.
Lagu baru, hits baru. Swift bernyanyi seperti orang yang sedang bercerita. Gaya itu dikemas dalam berbagai genre yang dieksplorasi di masing-masing album. Ada yang bernuansa country, pop, rock alternatif hingga folk.
Swift dituding kaya dari menjual kisah cinta. Keandalannya dalam mencipta lagu kerap dihubungkan dengan kehidupan asmaranya. Pendengar bakalan menduga-duga, dari pacar atau mantan mana lagu itu terinspirasi.
Ia diketahui mengencani sejumlah selebritis. Di daftar aktor, ada nama Tom Hiddleston, Jake Gyllenhaal, dan Taylor Lautner dan Joe Alwyn. Di deretan musisi, ia pernah berpacaran dengan John Mayer, Harry Styles, dan Calvin Harris.
Bukan cuma superstar, Swift juga disebut superhero. Memang apa kekuatannya?
Sepanjang dua dekade karirnya, ia telah merilis 10 album. Seluruh karyanya itu dipromosikan kembali lewat konser akbar bertajuk The Eras Tour.
Swift menggelar konser bertajuk Eras Tour saat Negeri Paman Sam berada di jurang resesi. Di tengah kondisi ekonomi yang lesu darah sehingga membuat warga AS berhemat dan menahan belanja, para swifties, sebutan bagi fans loyalnya, malah melonggarkan 'ikat pinggang'.
Para penggemar ini rela menggelontorkan duit buat membeli tiket konser idolanya, juga segala pernak-pernik maupun souvenir konser.
Konser ini berlangsung sejak Maret dan berakhir Agustus 2023 untuk Amerika, dilanjutkan tur dunia sepanjang 2024.
Tur raksasa ini diproyeksi menghasilkan US$2,2 miliar atau setara dengan Rp34 triliun cuma untuk konser di Amerika.
Jangan lupa, yang kecipratan untung tak cuma Swift dan tim, ada efek berganda ke berbagai sektor.
Swifties secara kolektif menghabiskan sekitar US$5 miliar untuk pengeluaran dengan The Eras Tour. Asosiasi Perjalanan AS mengatakan total dampak ekonomi konser besar ini sebesar US$10 miliar, bahkan lebih.
Dampak pariwisata dari The Eras Tour yang diusung Swift sungguh luar biasa. Ada peningkatan ekonomi yang dihasilkan di kota-kota tertentu di AS, yang melebihi keseluruhan PDB di beberapa negara kecil.
Lighthouse, penyedia data untuk industri perjalanan dan perhotelan yang berbasis di Denver, menggambarkan tur ini sebagai fenomena perhotelan.
Hotel di kota-kota tempat ia konser dilaporkan memecahkan rekor tingkat hunian, karena melonjaknya permintaan.
Konsultan industri perhotelan global, STR, memperkirakan hotel memperoleh pendapatan sebesar US$208 juta setelah pertunjukan Swift di AS selama musim panas. Angka itu baru memperhitungkan hari-H saat konser berlangsung, belum memperhitungkan perpanjangan masa tinggal dan lainnya.
Beberapa destinasi wisata sekitar tempat konser juga kecipratan rejeki nomplok. Di Pittsburgh, konser Swift pada 16-17 Juni menghasilkan belanja langsung sebesar US$46 juta.
Banyak juga yang menggabungkan promosi, acara, dan aktivasi unik yang berpusat pada Swift untuk lebih memikat penggemar.
Visit Pittsburgh mencatat ada lonjakan orang yang datang ke sana sekitar 83 persen. Tingkat keterisian hotel tembus 95 persen. Momentum ini dijadikan ajang untuk menaikkan tarif kamar hingga 7,7 persen oleh pebisnis.
"Konsernya menimbulkan begitu banyak keramaian sehingga selain dia menjadi pusat perhatian, destinasi tersebut juga menjadi pusat perhatian," kata CEO RateGain Peter Strebel.
LATAM Airlines membebaskan biaya perubahan jadwal bagi penumpang, setelah konser Swift ditunda. Air New Zealand menambahkan 2.000 kursi tambahan ke jaringan maskapainya saat Swift konser.
Pesona 'ekonomi; Swift sampai-sampai membuat Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau meminta agar Swift melakukan tur di negaranya.
Itulah sosok fenomenal Taylor Swift yang layak menjadi inspirasi umat manusia. Musisi yang bukan hanya menbangun keindahan lewat bunyi, lewat musik, tapi juga membangun sistem ekonomi di masyarakat karena kiprahnya sebagai musisi. **