Anda Suka Ayam Goreng? Ini Efek Sampingnya Menurut Sains

Anda Suka Ayam Goreng? Ini Efek Sampingnya Menurut Sains
Foto : Istimewa

Jakarta - Hidangan ayam sangat populer dan kerap disajikan dalam banyak resep. Tergantung persiapannya, ayam dapat menjadi pilihan protein yang sehat dan serbaguna, tapi pada saat yang sama juga bisa tidak begitu sehat.

Meskipun cara pengolahan sangat penting untuk membuat pilihan sehat, mungkin saja ayam memiliki efek samping yang kurang baik bagi tubuh. Berikut beberapa dampaknya menurut sains yang mungkin tidak disadari, seperti dilansir di laman Eat This Not That!, Selasa (27/7):

1. Meningkatkan kadar kolesterol

Penelitian kecil yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa daging ayam meningkatkan kadar LDL atau kolesterol "jahat" dengan cara yang sama seperti daging merah.  

Kondisi itu berpotensi punya dampak langsung pada risiko penyakit jantung. Namun, Harvard Health menyoroti sejumlah keterbatasan dalam studi itu, seperti ukuran penelitian (hanya 113 peserta) dan durasi pendek (hanya 16 pekan).

Selain itu, ada faktor lain yang bisa berpengaruh, yakni tingkat putus sekolah peserta yang relatif tinggi. Jadi, meskipun penelitian valid dan punya reputasi baik, perlu dilakukan lebih banyak penelitian tentang topik tersebut.

2. Dapat terkontaminasi bakteri
Sebanyak 97 persen dada ayam yang diuji oleh Consumer Reports terbukti mengandung bakteri. Studi pada 2014 itu menganalisis lebih dari 300 dada ayam mentah yang dibeli dari toko kelontong di seluruh Amerika Serikat.  

Beberapa jenis bakteri yang ditemukan dalam studi bisa membuat orang yang mengonsumsi ayam menjadi sakit. "Sekitar setengah sampel mengandung setidaknya satu bakteri yang resisten terhadap tiga atau lebih antibiotik yang biasa diresepkan," ungkap Consumer Reports.  

3. Memicu penambahan berat badan
Studi yang dilakukan tim dari Loma Linda University menemukan bahwa ada korelasi antara jenis diet dan berat badan. Khususnya, penelitian mengungkap indeks massa tubuh (BMI) antara vegetarian dan pemakan daging.

Peserta yang mengikuti diet nonvegetarian terpantau mengonsumsi lebih banyak lemak jenuh, lemak trans, arakidonat, dan asam lemak docosahexaenoic. Jumlah protein nabati, serat, beta karoten, dan magnesium yang diasup lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang melakoni diet vegetarian. 

Meskipun penelitian tidak secara spesifik mengenai hidangan ayam, sejumlah menu nonvegetarian memuat ayam goreng dan ayam parmesan. Jika disantap berlebihan dalam jangka panjang, disinyalir dapat menyebabkan penambahan berat badan.

4. Dikaitkan dengan infeksi saluran kemih
Makan ayam dikaitkan dengan infeksi saluran kemih (ISK), tapi spesifik untuk ayam yang selama di peternakan mendapat asupan antibiotik. Ayam dengan antibiotik memuat jenis tertentu E.coli penyebab berbagai infeksi, termasuk ISK.

Hal itu dipaparkan dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal mBio American Society for Microbiology. Studi longitudinal berlangsung selama satu tahun, menganalisis daging ayam, kalkun, dan babi yang dibeli dari rantai grosir utama.

Tim menemukan E.coli di sekitar 80 persen dari 2.452 sampel daging dan 72 persen E.coli pada urine dan kultur darah pasien. Jadi, penting untuk mencari ayam yang dibesarkan tanpa antibiotik agar bebas dari risiko terkena penyakit.

Dengan deretan temuan sains itu, penting dicatat bahwa makan ayam tidak selalu buruk. Ayam bisa menjadi sumber protein tanpa lemak yang bagus, tetapi pastikan mengombinasikan dengan hidangan sehat seperti sayur atau biji-bijian. *

Pewarta  : Antara
Editor  : MD Yasir
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index