Kapal RSA Nusa Waluya II Tiba Di Pekanbaru, Akhir September Buka Layanan Kesehatan

Kapal RSA Nusa Waluya II Tiba Di Pekanbaru, Akhir September Buka Layanan Kesehatan

PEKANBARU - Tempuh perjalanan belasan hari dari Surabaya, Jawa Timur, akhirnya Rumah Sakit Apung (RSA) Nusa Waluya II kini singgah di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Rumah Sakit Apung itu sandar di dermaga eks Pelabuhan Pelindo Pekanbaru sejak Jumat (18/9/2020) lalu. RSA ini akhirnya berada di tepian Sungai Siak usai menempuh perjalanan panjang dari Kota Surabaya. Rumah Sakit Apung Nusa Waluya II ini menempuh perjalanan panjang selama 16 hari dari Pelabuhan Tanjung Perak.

Rumah sakit itu terdiri atas susunan kontainer yang sudah dicat putih. Ada lambang palang merah di sisi RSA yang berdiri di atas tongkang warna merah.
Perjalanan RSA tersebut dari kawasan paling Timur di Pulau Jawa tanpa ada kendala berarti. 

Namun perjalanannya cukup memakan waktu lantaran harus ditarik tug boat atau kapal tunda. Nusa Waluya II merupakan RSA ketiga milik doctorSHARE. Lembaga non profit tersebut didirikan oleh dr Lie Dharmawan. Kehadiran RSA ini rencananya membantu akses layanan kesehatan bagi masyarakat. RSA ini sedang persiapan untuk beroperasi pada akhir September 2020 nanti.


Awak kapal dan tenaga medis di RSA ternyata sempat singgah ke sejumlah kota hingga akhirnya tiba di Kota Pekanbaru. Mereka menempuh serangkaian misi kemanusiaan hingga kini sandar di Bumi Melayu. 

Nahkoda RSA Nusa Waluya II, Amirudin menuturkan, bahwa RSA Nusa Waluya II berlayar perdana pada tahun 2018 silam. Mereka memulai misi kemanusiaan di Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Para petugas medis memberi pengobatan dan layanan medis bagi masyarakat di Muara Kaman.

"Di sana misi perdana RSA ini," ujarnya, Minggu (20/9). Menurutnya, RSA ini juga membantu penanganan pasien saat gempa melanda Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Kapal ini beroperasi selama tiga bulan di tempat itu membantu pengobatan pasien korban gempa.

Amirudin menyebut bahwa RSA ini juga sempat sandar di Jakarta pada akhir 2019 silam.

RSA ini akhirnya ke Surabaya setelah enam bulan berada di Jakarta. Operasional RSA terhenti karena Surabaya sempat menjadi zona hitam. RSA tersebut akhirnya bertolak ke Kota Pekanbaru.

"Jadi enam bulan di Surabaya tanpa pelayanan. Kita menanti informasi dari pihak terkait, hingga akhirnya PSBB tidak lagi berlangsung di Surabaya," jelasnya.

Kedatangan RSA ini untuk misi sosial. Mereka ingin membantu pengobatan bagi masyarakat di Kota Pekanbaru.

"Kita ingin membantu masyarakat, untuk sosial," terangnya, Minggu (20/9/2020).

Kapasitas RSA ini bisa menampung 30 pasien. Ia menyebut rencananya beroperasi pada akhir bulan September 2020.

Dirinya menyebut bahwa saat ini kapal tersebut dalam tahap persiapan.Dikatakannya, saat ini RSA tersebut belum siap melayani pasien. Amirudin ada di sana bersama delapan awak kapal lainnya. Mereka bersiap sekaligus mengisolasi diri usai menempuh perjalanan panjang dari Surabaya. Amirudin menyebut bahwa rumah sakit ini melayani masyarakat secara umum.


Nantinya layanan di RSA tergantung kesepakatan dengan pemerintah daerah. Ada rencana RSA mulai beraktivitas pada akhir September 2020 ini, dengan kapasitas RSA ini mencapai 30 pasien.

Amirudin menyebut bahwa ada dua jenis ruang rawat inap di RSA Nusa Waluya II. Satu jenis ruang khusus untuk pasien pria.

Sedangkan satu lagi untuk pasien perempuan dan anak.

 "Jadi ada dua jenis, ada ruang khusus untuk rawat inap pria dan satu lagi untuk perempuan," ujarnya.

RSA ini memiliki 20 hingga 25 tenaga kesehatan. Ada juga lima hingga enam dokter umum dan spesialis yang membantu menangani pasien di RSA tersebut.

Fasilitas medis di RSA ini cukup lengkap. Ada IGD, ruang bedah dan ruang bayi. Ada juga sejumlah poli yakni poli obgyn tempat ibu hamil melakukan USG dan konsultasi, poli penyakit dalam dan poli gigi. Amirudin juga menyebut bahwa terdapat ruang bedah, ruang X-Ray, laboratorium. "Jadi ruang dan fasilitas kesehatannya lengkap," ulasnya.

Dirinya tidak menampik bahwa RSA ini terdiri dari tongkang dan tumpukan kontainer. Namun ia memastikan fasilitas medis di rumah sakit itu lengkap dengan pendingin udara hingga kamera pengawas. Maklum RSA ini dulunya bekas penginapan bagi pekerja pengeboran minyak lepas pantai. Kondisinya pun dibuat senyaman mungkin bagi pasien yang menjalani perawatan di sana. Jadi sudah hampir tiga tahun hingga menjadi RSA.

"Kalau RSA ini baru tiga tahun, tapi dokter lie sudah lama mengoperasikan RSA," terangnya.(*)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index