Sekda Bengkalis: Aparatur harus Membiasakan Budaya Malu

 Sekda Bengkalis: Aparatur harus Membiasakan Budaya Malu
Bengkalis-Seluruh aparatur di jajaran Pemerintah Kabupaten Bengkalis untuk membiasakan sepuluh budaya malu. Langkah ini sebagai upaya untuk memberikan pelayanan prima dan maksimal kepada masyarakat.
 
Demikian diungkapkan Sekretaris Daerah Bengkalis, Burhanudin, membacakan sambutan Bupati Bengkalis, saat wirid bulanan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bengkalis, Jumat (27/3). Sebagai mubaligh adalah Ustadz Marhalim, S.Ag. Turut hadir, Asisten I Setda Bengkalis, Amir Faisal dan Asisten II Setda Bengkalis, Herdi Salioso dan sejumlah pejabat serta karyawan/ti di lingkup Pemerintah kabupaten Bengkalis.
 
Dikatakan Sekda, sepuluh budaya malu tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dalam diri pegawai dan menumbuhkan keikhlasan dan integritas kerja, dalam memberikan pelayanan prima kepada publik sesuai bidang dan tugas masing-masing dengan prinsip kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas. 
 
"Kesepuluh budaya malu tersebut, antara lain,  malu tidak masuk kerja, malu datang terlambat, malu pulang lebih awal/cepat, malu berpakaian tidak rapi, malu ruangan tidak bersih, malu kerja tidak benar, malu banyak bicara sedikit kerja, malu meja berantakan, malu mengobrol dalam ruangan, malu mengambil hak orang lain,"jelas Sekda.
 
PNS harus bertindak secara profesional dalam tanggung jawab kerja masing-masing, menjaga moralitas, efektif dan berdaya guna, mempunyai kinerja tinggi dengan kualitas yang tinggi pula, terbuka serta akuntabel dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
 
“Jika budaya malu itu telah dipahami dan diterapkan dalam melakukan pekerjaan maka semua program kegiatan dan tujuan pembangunan daerah dapat tercapai,” ungkap Burhanudin.
 
Dikatakan Sekda, manusia merupakan makhluk Allah SWT yang paling sempurna. Kesempurnaan itu tampak dari dianugerahkannya akal, sehingga manusia seharusnya mampu memilah antara yang hak dan bathil.
 
“Malu merupakan sifat yang mulia. Islam menganjurkan umatnya agar menjadikan malu sebagai penghias hidupnya. Hiasan yang membawa kebaikan bagi pemiliknya dan menjadi jalan menuju surga,” tandas Sekda.
 
Lebih lanjut Burhanudin, rasa malu memang merupakan kontrol yang sangat ampuh terhadap perilaku manusia. Alangkah indah sekiranya kaum muslimin  memiliki rasa malu yang kuat, sehingga rasa malu itu menjadi penuntun kearah perilaku yang mulia.
 
“Sudah saatnya malu menjadi budaya yang harus selalu dijaga dan dipelihara, baik oleh individu, kelompok dan daerah ini. Kita sadari betapa tidak berhentinya petaka, bencana, yang melanda bangsa ini mungkin  salah satunya diakibatkan oleh hilangnya rasa malu,” ujar Burhanudin. (rep05/mcr)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index