Ribuan Warga Masih Huni Rumah tak Layak

Meranti Alokasikan Pembangunan RLH di 9 kecamatan

 Meranti Alokasikan Pembangunan RLH di 9 kecamatan
ilustrasi

SELATPANJANG  – Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Meranti, ternyata belum  mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Buktinya, lebih dari 3000 warga di berbagai pelosok desa masih menghuni rumah tak layak.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja Kabupaten Kepulauan Meranti Drs Askandar,  mengungkapkan hal ini  di Selatpanjang. Menurutnya, warga yang tinggal di rumah tak layak huni ini sebagian besar berada di pelosok pedesaan di luar kota Selatpanjang.

“Angka pastinya saya lupa berapa, kita perkirakan lebih dari 3000 jiwa. Mereka ini tersebar di pelosok-pelosok pedesaan. Sebagian besar berada di luar kota Selatpanjang,” ungkap Askandar.

Ia mengatakan, pada umumnya mereka merupakan nelayan tradisional, buruh nelayan dan buruh tani. Rata-rata mereka tidak memiliki pendapatan tetap dengan nilai penghasilan di bawah upah minimum kota (UMK). “Termasuk didalamnya Komunitas Adat Tertinggal (KAT) yang bekerja sebagai buruh tebang tual sagu," kata Askandar.

Mahalnya harga bahan material diduga menjadi penyebab warga tak mampu membangun rumah layak. Bahan material seperti kayu juga sulit didapat. Kondisi ini dipersulit lagi dengan tingginya angka inflasi di Meranti. Harga kebutuhan hidup menjadi mahal. Dengan penghasilan pas-pasan, warga hanya bisa memenuhi kebutuhan dasar.

Biyah (45), janda beranak satu warga Desa Kedaburapat, adalah salah satu warga miskin di Meranti yang belum memiliki rumah layak huni. Biyah yang bekerja sebagai buruh penderes karet terpaksa harus menumpang di rumah orang tuanya. Meski punya sebidang tanah untuk tapak rumah, penghasilannya tak cukup untuk membuat rumah layak. Tabungannya habis untuk biayai hidup.

”Mimpi untuk punya rumah sendiri sepertinya sulit untuk ditunaikan. Biaya hidup makin mahal. Sebagian uang tabungan sudah terpakai untuk biaya hidup. Apalagi anak juga harus sekolah. Tentu butuh biaya untuk beli buku, baju seragam sekolah. Sekarang semua serba mahal. Dengan apa saya harus membiaya pembangunan rumah?” kata Biyah polos.

Menyikapi kondisi ini, kata Askandar, tahun 2013 Pemkab Meranti mengalokasikan anggaran pembangunan untuk 91 unit Rumah Layak Huni di 9 kecamatan. "Desa mana saja yang mendapat alokasi RLH, kita akan klarifikasi ke pihak kecamatan” ungkapnya.(rep2)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index