Inilah Peta Tiga Poros Koalisi di Pilpres 2014

 Inilah Peta Tiga Poros Koalisi di Pilpres 2014
Jakarta-Hasil Pemilu 2014 sudah resmi ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum pada 9 Mei lalu. Tidak ada satu pun partai yang bisa maju sendirian, tanpa membentuk koalisi untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. 
 
Sejauh ini, dua capres yang hampir dipastikan tampil ke gelanggang, yaitu Joko Widodo yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerakan Indonesia Raya. 
 
PDIP sudah berhasil menggaet Partai Nasional Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa. Sementara itu, Gerindra hampir pasti bergandengan dengan Partai Amanat Nasional serta masih mematangkan dengan Partai Keadilan Sejahtera.
 
Sementara itu, Golkar yang berada di posisi kedua dan Demokrat di urutan keempat di tangga peringkat partai, masih harus berjibaku mendapatkan kawan koalisi bila hendak mengusung jagoannya berlaga di pilpres.
 
Menurut Profesor Riset Bidang Ilmu Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Zuhro, berdasarkan perolehan suara partai peserta Pemilu 2014 dan situasi politik saat ini, kemungkinan terbentuk tiga poros koalisi. 
 
Mengacu yang tiga besar perolehan suara Pemilu 2014, kata Siti, maka yang berpeluang membangun koalisi adalah poros PDIP, Golkar, dan Gerindra. 
 
PDIP yang menjagokan Joko Widodo sudah berhasil membentuk porosnya. Partai itu tinggal mematangkan format dan siapa cawapresnya untuk segera dideklarasikan. Poros ini masih dimungkinkan menambah tambahan partai pendukung, yaitu PPP dan Hanura.
 
Sementara itu, Gerindra sudah mengerucut dengan PAN dan PKS. Siti mengungkapkan, Gerindra sempat bertemu Golkar. Tapi, Golkar belum memutuskan karena di internalnya baru akan Rapimnas 17 Mei, sehingga masih agak panjang berkaitan dengan itu. 
 
”Jadi, yang paling mungkin Gerindra dengan PAN,” kata Siti kepada VIVAnews.
 
Selain menunggu kepastian koalisi dengan Gerindra, Golkar juga menjalin komunikasi dengan partai lain. Kemungkinan membentuk poros sendiri ataupun bergabung dengan poros yang sudah ada sama besar. 
 
Kalau tidak ada poros Golkar, kata Siti, poros ketiga kemungkinan dibentuk oleh Demokrat. Soal calon, Demokrat memang tidak kesulitan. Akan tetapi, partai yang diketuai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini harus berjuang keras untuk mendapatkan partai yang mendukung dan mengantarkan Demokrat sampai lolos presidensial threshold.
 
”Tidak mudah. Paling tidak butuh dua partai lagi, untuk lolos 25 persen suara atau 20 persen kursi untuk bisa lolos syarat presidensial threshold,” ujarnya.
 
Simulasi lain, poros ketiga bisa dibentuk oleh Golkar bersama dengan Demokrat. Dua partai ini cukup untuk melampaui angka ambang batas presidensial. 
 
”Tapi, sejauh ini saya tidak melihat sinyal itu sama sekali,” kata Siti.
 
Meski kecil, menurut Siti, kemungkinan itu bukan tidak ada sama sekali. Golkar dan Demokrat bisa saja memutuskan untuk berkoalisi di menit terakhir sebagaimana yang dilakukan PDIP dengan Gerindra pada Pemilu 2009. 
 
Opsi itu kini tampaknya belum dilakukan karena berbeda dengan 2009 yang kemungkinannya kecil untuk menggandeng partai lain, karena partai kecil dan menengah langsung merapat ke Demokrat.
 
”Ini terlihat berbeda sekali dengan Pemilu 2009 yang partai-partai langsung istilah jawanya kemruyuk ke Demokrat,” kata dia.
 
Poros Golkar
 
Sekjen Partai Golkar Idrus Marham menegaskan, partainya memang baru serius untuk melakukan pembicaraan intensif ihwal koalisi setelah hasil Pemilu 2014 ditetapkan. Dia menegaskan, hingga hari ini partainya masih komitmen pada hasil Rapimnas yang memberikan mandat kepada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menjadi calon presiden.
 
”Sampai sekarang ini, Partai Golkar masih sesuai hasil Rapimnas, tetap seperti itu,” kata dia.
 
Idrus mengungkapkan, dalam satu dua hari ini Golkar akan menentukan sikap dan posisi politik terkait koalisi. Mereka tengah menjalin pembicaraan yang intensif dengan sejumlah partai guna menghadapi laga perebutan kursi RI-1.
 
”Lalu, kami setelah penetapan DPR RI ini semakin intensif. Kemarin belum ada yang serius. Itu masih safari politik. Satu dua hari ini kami akan menentukan posisi politik terkait koalisi yang ada,” ujarnya.
 
Ketua Balitbang DPP Golkar Indra J Piliang mengungkapkan, apresiasi layak diberikan Partai Golkar kepada ketua umumnya karena suara Golkar naik 3 juta lebih bila dibandingkan hasil Pemilu 2009. Itu adalah satu bukti bahwa ada usaha yang serius dari partai untuk meningkatkan suara dibandingkan beragam masalah yang muncul di partai dan banyaknya serangan-serangan.
 
”Kalau bicara koalisi, sampai saat ini memang belum ada posisi yang resmi kalau kami lihat dari partai-partai yang ada. Ada kemungkinan Golkar bergabung dengan Demokrat dan juga PPP atau menggabungkan koalisi yang sudah ada, misalnya Gerindra. Tapi, sejauh ini Golkar membuka komunikasi dengan semua partai yang belum bergabung ke dalam poros koalisi PDIP maupun Gerindra,” kata dia.
 
Menurut Indra, koalisi dengan PPP, Demokrat, dan Hanura merupakan “koalisi tradisional” Golkar. Sebab, koalisi dengan tiga partai itu pernah dilakukan di pemilu-pemilu sebelumnya.
 
”Kemungkinan ke arah sana lebih cocok dibandingkan masuk ke poros yang sudah terbentuk,” ujarnya.
 
Berebut PPP
 
Partai Persatuan Pembangunan tengah menghadapi trilema. Ada tiga opsi yang berkembang dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) II Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang diagendakan berlangsung selama dua hari yaitu 10-11 Mei 2014. Kuatnya tarik menarik tiga kekuatan itu membuat sidang deadlock.
 
Wakil Ketua Umum DPP PPP Emron Pangkapi mengatakan, dua arus besar yaitu arus koalisi yang mengarah pada Jokowi (PDIP) dan Prabowo (Gerindra). Sementara itu, satu arus kecil yaitu pinangan yang ditujukan pada Lukman dari ARB. Emron mengungkapkan, opsi berkoalisi dengan Partai Golkar juga menjadi perhatian menarik bagi peserta Rapimnas II PPP ini.
 
"Golkar opsi menarik untuk menghindarkan pertikaian, daripada harus ribut melulu. Lebih baik mengusung tokoh alternatif, karena kalau suara Partai Golkar dan PPP digabung akan mendapatkan 112 kursi. Tapi, itu kalau diterima mereka dan ini kembali pada rapimnas," ujar Emron.
 
Terkait adanya dugaan "pecah kongsi", Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (SDA) pun memberikan pandangan ketika rapat khusus bersama DPW. Emron mengatakan bahwa SDA bertemu dalam rangka mendekatkan perbedaan di antara peserta lainnya.
 
"Beliau bertemu dengan DPW guna mendekatkan perbedaan-perbedaan agar menyamakan persepsi dalam rangka menghadapi Pemilihan Presiden," tuturnya.
 
Syarat Ikut Pilpres
 
Undang-Undang Nomor 42/2008 tentang Pemilihan Presiden mensyaratkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden diusung partai politik dan atau gabungan partai politik yang mengantongi 25 persen suara pemilu atau 20 persen kursi di DPR. Dari 12 partai nasional yang berlaga dalam pemilu 2014, 10 partai mendapatkan kursi, sedangkan dua partai terempas.
 
Komisi Pemilihan Umum menetapkan hasil Pemilu 2014 dalam keputusan bernomor 411.KPTS/KPU/2014 bahwa suara sah sebanyak 124.972.491 suara (100 persen). Suara tertinggi diperoleh PDIP dengan persentase 18,95 persen, lalu disusul Partai Golkar 14,74 persen, dan Gerindra 11,81 persen
 
Sebanyak 10 partai memenuhi ambang batas 3,5 persen, dua partai tidak masuk. Mereka adalah PBB dan PKPI.
 
Berikut hasil rekap suara nasional.
Nasdem 8.402.812 (6,72 persen).
PKB 11.298.957 (9,04 persen).
PKS 8.480.204 (6,79 persen).
PDIP 23.681.471 (18,95 persen).
Golkar 18.432.312 (14,75 persen).
Gerindra 14.760.371 (11,81 persen).
Demokrat 12.728.913 (10,19 persen)
PAN 9.481.621 (7,59 persen).
PPP 8.157.488 (6,53 persen).
Hanura 6.579.498 (5,26 persen).
PBB 1.825.750 (1,46 persen).
PKPI 1.143.094 (0,91 persen). (rep05)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index