Lebih Dekat dengan Rumah Puisi Taufik Ismail

Lebih Dekat dengan Rumah Puisi Taufik Ismail
Padang Panjang-Demikian untaian puisi yang menyambut para pengunjung di gerbang Rumah Puisi Taufiq Ismail di Padang Panjang, Sumatera Barat.
 
Kutipan puisi lain karya sastrawan Indonesia dan seluruh dunia terpampang di sepanjang pintu masuk area tersebut, membangkitkan naluri kesusastraan siapa saja yang datang.
 
Bangunan Rumah Puisi berdinding kaca, dengan bunga warna warni di sekeliling, dan pemandangan perbukitan hijau melingkupinya.
 
Ada dua ruang di Rumah Puisi yang dibangun dari kocek pribadi Taufiq Ismail tersebut, ruang diskusi di bagian bawah dan perpustakaan atau ruang membaca di bagian atas.
 
Spanduk berisi kutipan-kutipan tokoh dunia tentang buku menghiasi ruang diskusi, seperti kutipan penulis asal Amerika Vincent Starrett, "Kalau Ada Uang Sedikit, Saya Beli Buku. Kalau Masih Bersisa, Saya Belikan Makanan dan Pakaian".
 
Ada pula kutipan seorang cendikiawan Inggris Heathcote William Garrod, "Kehidupan Menggoncang dan Menggoyang Kita, Buku Sastra Menstabil dan Mengukuhkan Kita".
 
Sementara di perpustakaan, berjejer rak-rak buku berukuran besar yang menyimpan sekitar tujuh ribu buku koleksi Taufiq Ismail, sebagian besar buku sastra dan selebihnya adalah buku agama, sosial dan politik dari berbagai belahan dunia.
 
"Pak Taufiq senang mengoleksi buku. Umumnya buku sastra, yang ditulis dengan bahasa Indonesia, Jerman, ada juga yang berbahasa Rusia," ujar Manajer Rumah Puisi Taufiq Ismail, Silliawahyulli, yang biasa dipanggil Isil.
 
Menurut Isil, setiap pekan ada 15 hingga 20 orang yang mengunjungi Rumah Puisi selain 30 siswa sanggar yang rutin datang setiap Jumat untuk belajar membaca dan menulis puisi.
 
"Selain menulis puisi, mereka diajarkan tentang musikalisasi puisi. Karena membaca puisi caranya macam-macam, ada yang seperti bercerita, ada yang diiringi musik dan dinyanyikan," ujar Isil.
 
Selain itu, Rumah Puisi juga kerap menerima kedatangan rombongan guru dari Sumatera Barat yang ingin  mengikuti pelatihan membaca dan menulis karangan, termasuk puisi.
 
"Kadang-kadang, guru menuntut siswanya harus bisa menulis dan membaca puisi, tapi sebenarnya mereka sendiri tidak bisa. Nah, di sini mereka bisa memperdalam ilmu tersebut," kata Isil. (rep05)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index