Ulama Dunia Doakan Indonesia Jadi Bangsa Lebih Baik

 Ulama Dunia Doakan Indonesia Jadi Bangsa Lebih Baik
Jakarta-Ulama-ulama sedunia pada hari ini, Sabtu 29 Maret 2014  konferensi internasional bertema "Konsolidasi Jaringan Ulama Intenasional Meneguhkan Kembali Nilai-nilai Islam Moderat."  Konferensi berlangsung di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Sumberejo, Banyu Putih, Situbondo, Jawa Timur.
Para ulama mendoakan masa depan Indonesia, yang tengah bersiap hadapi pemilu legislatif pada 9 April dan pemilihan presiden pada Juli 2014. Mereka juga berdoa agar pemilu di Indonesia berlangsung damai dan menghasilkan pemimpin yang mampu membawa Indonesia lebih baik.
 
Tampil memimpin doa pada acara tersebut Prof Dr Wahbah Az-Zuhaily (Syria), Syaikh Mahdi As-Sumaidai (Irak), Syaikh Abdul Karim Ad-Dibaghiy (Aljazair). 
 
Mereka didampingi tokoh Islam Indonesia yang juga Sekretaris Jenderal Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS), KH Hasyim Muzadi.
 
Konferensi ulama tingkat dunia itu diprakarsai mantan Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi. Dalam jadwal, kegiatan tersebut digelar selama dua hari, Sabtu dan Minggu ini. Terlihat, ratusan ulama dan kiai hadir sebagai peserta dalam konferensi ini.
 
Hasyim Muzadi menegaskan, konferensi tersebut membahas banyak hal terkait masalah dalam negeri dan luar negeri. Untuk dalam negeri, terkait perang di sejumlah negara Timur Tengah dan kondisi Indonesia pasca reformasi.
 
"Kami akan mendengarkan penjelasan ulama dari timur soal Arab Spring atau perang yang terjadi di beberapa negara di Timur Tengah belakangan ini. Bagaimana kondisi mereka setelah perang terjadi," katanya.
 
Dia menjelaskan, konferensi tersebut diharapkan menghasilkan konsep perdamaian di berbagai belahan dunia.
 
"Dari penjelasan para ulama itu, kami akan tahu kondisi Timur Tengah saat ini seperti apa. Dari situ juga kami akan tahu bagaimana solusinya," ujarnya.
Kenalkan Pancasila
Hasyim menambahkan, di ajang itu, tuan rumah juga ingin menyampaikan dan membeberkan serta mengenalkan para ulama internasional soal Pancasila, yang menjadi dasar negara Indonesia. 
 
"Di pondok pesantren inilah, NU pertama kali mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Saat itu, di pesantren ini digelar Muktamar NU pada tahun 1984," ucapnya.
 
Sementara, pengasuh ponpes Salafiyah Syafi'iyah, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy berharap, pesan perdamaian dari konferensi internasional ini didengar oleh masyarakat dunia.
 
"Semoga hasil konferensi ini menjadi pesan perdamaian yang sampai ke seluruh penjuru dunia," ujar KHR Ahmad Azaim Ibrahimy. (rep05)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index