Menurut Anda, Apa Yang Salah dengan Performa Manchester United?

 Menurut Anda, Apa Yang Salah dengan Performa Manchester United?
Manchester United kini duduk di peringkat kesembilan di tabel klasemen sementara Liga Primer. Di musim ini, mereka telah kalah lima kali dari 15 laga yang telah dijalani – sesuatu yang tentunya tidak biasa.
 
Di laga terakhir, mereka bahkan kalah 1-0 dari Newcastle United di Old Trafford setelah sebelumnya juga kalah dengan skor yang sama dari Everton. Dan kekalahan tersebut menjadi kekalahan kandang kedua secara beruntun di Liga Primer untuk Setan Merah sejak Mei 2002.
 
Dalam hal ini, rangkaian hasil minor itu disebut manajer David Moyes sebagai bagian dari masa transisi. Namun tunggu dulu… transisi? Kalah lima kali dari 15 laga? Untuk tim sekelas United, transisi seperti demikian kiranya sangat tidak wajar. 
 
 
Periode transisi dijadikan Moyes sebagai alibi.
 
Memang, banyak yang mengatakan bahwa statistik Moyes lebih baik ketimbang manajer legendaris Sir Alex Ferguson ketika pertama kali tiba. Namun sekali lagi, era dulu dengan sekarang jelas berbeda.
 
Sir Alex di kala pertama kali tiba membangun dinastinya dari bawah. Sedangkan Moyes, ia sejatinya hanya bertugas untuk melanjutkan dinasti tersebut, dengan dibekali berbagai sumber daya yang kiranya bisa ia manfaatkan.
 
Moyes dapat dikatakan sebagai sosok pemberani lantaran mengambil pekerjaan paling berat di dunia sepakbola ketika ia berkata ‘ya’ untuk tawaran Sir Alex pada akhir musim kemarin.
 
Dan seketika ia bertugas di Old Trafford per 1 Juli 2013, mantan manajer Everton itu terbilang lambat dalam bermanuver, bisa dikatakan yang bersangkutan jauh tertinggal di belakang manajer lainnya di Liga Primer yang banyak melakukan pembenahan.
 
Di sisi berlawanan, Moyes justru sibuk sendiri. Lebih tepatnya sibuk mengutak-atik jajaran staf kepelatihan yang sudah begitu banyak berperan dalam kesuksesan The Red Devils dalam beberapa musim terakhir.
 
Rene Meulensteen (asisten), Mike Phelan (asisten) serta Eric Steele (pelatih kiper), yang begitu berperan dalam menangani skuat utama United, justru digantikan oleh Chris Woods, Steve Round dan Jimmy Lumsden yang ia datangkan dari Merseyside.
 
 
Moyes dan orang-orang kepercayaannya yang ia bawa ke United .
 
Tindakan Moyes itu sempat dikritik oleh Steele, yang merasa bahwa pergantian di musim panas kemarin merupakan tindakan yang terlampau berani, dan hal tersebut membuat segalanya berubah.
 
“Dia berbicara kepada saya, Mick dan Rene,” ujar Steele kepada United We Stand September silam. “Saya katakan padanya bahwa itu adalah tindakan yang berani.
 
“Dia mendengarkan saran dari manajer [Sir Alex Ferguson], namun ia ingin menghadirkan orang-orangnya sendiri.
 
“Saya sejatinya tidak ingin pergi. Mengapa juga saya pergi?” tambahnya. “Saya sudah tahu bahwa David akan datang dan bertanya-tanya siapa yang bakal ia bawa.
 
“Anda memiliki perspektif United, ‘Jaga apa yang Anda miliki, jaga kontinuitas, bekerjalah dengan mereka dan mereka akan membantu Anda. Anda akan menangani sebuah mesin yang besar di sini. Anda pergi dari Marks & Spencer’s menuju Harrods.’
 
“Kemudian ada David dengan idenya sendiri, yang mana saya pahami. Saya kenal dia secara profesional. Saya tahu etos kerjanya, dan juga penanganannya dalam menghadapi masalah.
 
“Saya tidak menyalahkan dia untuk apa yang telah ia lakukan. Saya sudah berada di sepakbola untuk waktu yang cukup lama untuk mengetahui ini semua.
 
“Namun, bukankah ini sebuah ironi? Anda sebelumnya menjadi bagian dari sebuah tim yang memiliki musim yang hebat dan memenangkan liga. David De Gea [kiper] mengalami musim terbaiknya [kemarin]. Apakah itu masuk akal bahwa Anda tidak dipertahankan untuk melanjutkan kerja bagusmu? Sayangnya, hal itu diluar kendali saya.” 
 
 
De Gea merupakan hasil polesan Steele setelah sebelumnya sempat dikritik di awal kedatangannya.
 
Moyes mengawali karirnya dengan tidak terlalu cemerlang di musim ini. Kesalahannya di musim panas kemarin beserta kurang sigapnya ia dalam belanja pemain membuat United hampir dipastikan kehilangan gelar Liga Primernya musim lalu.
 
Satu sektor yang menjadi sorotan adalah gelandang. Yang mana di saat Sir Alex masih berkuasa begitu berjaya dengan figur seperti Michael Carrick, Ryan Giggs dan juga Paul Scholes.
 
Namun kini, Scholes telah pensiun, dan yang tersisa hanya Carrick serta Giggs – yang sudah tidak lagi muda – dengan ditemani Tom Cleverley, Anderson dan juga Marouane Fellaini, yang mana tiga nama terakhir kerap tampil angin-anginan. Same old story, United kekurangan energi, invensi dan kreativitas.
 
Menyusul kekalahan dari Everton dan juga Newcastle dalam rentang waktu sepekan, Moyes pun terbukti keliru karena melewatkan berbagai gelandang yang dirumorkan pada musim panas kemarin seperti Cesc Fabregas [Barcelona], Luka Modric [Real Madrid] hingga Mesut Ozil [Real Madrid].
 
Untuk kasus Ozil, United harus berlapang dada karena mereka ditikung oleh Arsenal, dengan kubu asal London yang berani membayarkan uang sejumlah 42 juta poundsterling. Namun setidaknya, The Gunners telah melakukan pembelian yang tepat.
 
 
Ozil. Money well spent dari Arsenal. 12 laga, empat gol dan tujuh assists.
 
United sendiri justru mendatangkan Fellaini, yang dalam hal ini sedikit berbau nepotisme mengingat Moyes begitu dekat dengan anak buahnya sewaktu di Everton tersebut.
 
Di partai melawan The Toffees dan juga Newcastle, lini tengah United sekali lagi dieksploitasi, bukannya mendominasi. Hal yang sama juga menimpa mereka ketika kalah di laga melawan Liverpool, Manchester City dan West Brom.
 
Selain permasalahan di lini tengah, sektor belakang mereka juga mulai mengendur. Duet sentral Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic sudah tidak lagi cemerlang seperti saat menjuarai Liga Champions 2008. Dan sudah sepatutnya mereka memberi kesempatan pada pemain muda macam Jonny Evans, Chris Smalling dan Phil Jones.
 
Setelah dipegang Moyes, United justru tidak lagi memiliki ‘mental juara’ yang seakan hilang begitu saja. Meski Moyes mendapat dukungan dari Stretford End dan juga jajaran direksi, namun fear factor yang sebelumnya ada pada diri Sir Alex tak mampu ia produksi hingga saat ini.
 
Di masa jayanya, Fergie merupakan sosok pemberani dengan tak segan mencela pemain besarnya seperti Roy Keane, Ruud van Nistelrooy, Paul Ince dan banyak lainnya jika mereka tidak tampil sempurna. Moyes pun harus bisa melakukan hal yang sama dengan menghadirkan kualitas yang berbeda.
 
 
Sir Alex Ferguson dan Roy Keane pernah bersinergi sekalipun kini terlibat friksi. 
 
Bukannya memperbaiki segala sesuatunya, pria 50 tahun itu justru diperbaiki oleh pemainnya sendiri. Contoh terkininya adalah bek Rio Ferdinand, yang mengeluhkan gaya sang manajer terkait pengumuman starting XI yang begitu mepet.
 
“Manajer ini [Moyes] sedikit berbeda, dalam hal ini ia tidak mengumumkan daftar susunan pemain – hingga saat terakhir. Ia tidak mengenal tim ini,” ujar Ferdinand kepada BT Sport.
 
“Manajer sebelumnya memberikan sedikit gambaran apakah Anda akan bermain dan sebagainya. Ketika Anda tahu bahwa Anda akan bermain, maka intensitas permainan kami sedikit meningkat.
 
“Bahkan ketika Anda tidak yakin apakah Anda akan bermain, maka Anda harus tetap mencoba dan mendapat intensitas tersebut, namun hal itu sangat sulit.
 
“Anda terlalu banyak menghabiskan energi untuk memikirkan, ‘Apakah saya bermain?’ atau ‘Apakah saya tidak bermain?’ dan Anda pun secara otomatis memikirkan hal tersebut dan mengubah Anda seperti orang gila.”
 
 
"Moyes mengubah Anda menjadi orang gila," demikian Ferdinand.
 
Berkilah, Moyes pun menyebut dirinya tidak melakukan kesalahan terkait apa yang dituduhkan Ferdinand. Menurutnya, pengumuman daftar pemain hingga detik terakhir merupakan hal yang wajar.
 
“Kami melakukannya di jalan yang berbeda,” ujarnya. “Terkadang, kami mengumumkan daftar pemain sejak awal, terkadang kami mengumumkannya sedikit terlambat.
 
“Seringnya, banyak manajer yang juga melakukan hal itu sehingga media tidak mengetahui daftar susunan pemain terlalu dini. Saya kira banyak tim yang melakukan hal yang sama seperti kita.”
 
Jadi, siapa yang salah menurut Anda? (rep05)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index