Belajar Kelola Air Bersih

31 Anggota DPRD Plesiran ke Pontianak

 31 Anggota DPRD Plesiran ke Pontianak
SEBANYAK 31 orang Anggota DPRD Rokan Hilir mengaku studi banding (stuban) pengolahan air bersih ke Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Namun, masyarakat menilai stuban itu tak lain hanya akal-akalan DPRD agar ramai-ramai plesiran menghamburkan uang rakyat. Sebab, untuk belajar mengenai pengelolaan air bersih, DPRD tak perlu jauh-jauh ke Pontianak dan cukup di Kota Medan, Sumut yang pengelolaan air bersihnya sangat bagus.
 
Ke-31 Anggota DPRD itu dari seluruh fraksi berangkat sejak Senin (2/12) lalu. Sementara, Seretaris Dewan, Syamsuri, bungkam ketika disinggung berapa dana yang digelontorkan untuk plesiran 31 Anggota DPRD yang pastinya memboyong staf Sekertariat Dewan. "Besok saja pak, saya belum dapat laporan berapa anggarannya. Karena PPTK yang urus semua itu," balasnya melalui pesan singkat namun ketika ditelepon, Selasa (3/12) tak menjawab.
 
Menurut informasi, stuban dilakukukan untuk menerapkan proyek air bersih milik kota Pontianak dan didirikan Kabupaten Rohil, sekaligus melihat kultur budaya masyarakat Pontianak. Tetapi, belakangan ini para Anggota DPRD setiap tahunnya menggagendakan stuban ke luar provinsi meski belum jelas hasilnya.
 
Menanggapi hal itu, tokoh masyarakat, Yana Mulyana, angkat bicara. Dirinya tak sependapat stuban itu dilakukan untuk menghambur-hamburkan uang rakyat. "Bayangkan saja, 31 orang Anggota DPRD Rohil beralasan untuk study banding pengolahan air bersih di Pontianak. Jadi selama mereka di sana tak ada aktivitas di kantor dewan," kritik Yana yang juga caleg DPRD daerah pemilihan Rokan Hilir asal Partai Bulan Bintang ini dengan nada keras. 
 
Yana memprediksi, dana yang dihabiskan untuk plesiran Anggota DPRD itu tak kurang dari Rp300 juta. "Hitung saja sendiri secara kasar. Tiket pesawat Pekanbaru-Pontianak saja tak kurang dari Rp5 juta perorang. Belum lagi akomodasi lainnya seperti hotel dan uang saku buat 31 Anggota DPRD ditambah jumlah berapa staf Sekertariat yang di bawa. Saya prediksi hitung kasar saja, dana yang digelontorkan lebih dari Rp300 juta," sebutnya. 
 
Untuk itu, tegas Yana, sebaiknya puluhan anggota dewan itu tak perlu jauh-jauh stuban ke Pontianak. "Karena, selain menggunakan anggaran yang cukup besar, persoalan air di Kabupaten Rohil, khusunya di Bagansiapiapi, perlu keseriusan semua pihak. Rasanya belajar pengelolaan air bersih ke Medan sudah cukup. Selain dekat, Medan termasuk kota yang berhasil menyediakan air bersih untuk penduduknya," saran Yana.
 
Yana menjelaskan, belum tentu syuba yang dilakukan anggota Dewan benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat. "Persoalannya, apakah hasil stuban ini akan segera dapat diimplementasikan, mengingat usia anggota DPRD Rohil kurang dari setahun lagi masa kerjanya periode ini. Mudah-mudahan saja perjalanan stuban itu bukan kemubaziran ditengah sulitnya kondisi masyarakat," sebutnya.
 
Kritikan yang sama dilontarkan tokoh masyarakat Tionghoa Rohil, Siswaja Muljadi, dirinya tak sependapat kalau stuban itu tak membuahkan hasil positif. "Masih banyak pekerjaan yang bisa dilakukan buat kepentingan masyarakat. Seharusnya itu yang didahulukan," tegasnya. 
 
Tokoh masyarakat Tionghoa meminta ke depannya anggota DPRD Rohil lebih selektif dalam memilih lokasi stuban agar tak menjadi polemik ditengah masyarakat. "Yang pasti anggaran untuk stuban ke Pontianak itu sangat gede. Mending uangnya digunakan ke kepentingan masyarakat, karena masih banyak masyarakat kita yang membutuhkan perhatian," sarannya. 
 
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Rohil, M Ridwan, yang ikut stuban ketika dihubungi mengungkapkan, pengelolaah air bersih di Kota Pontianak terbilang bagus. Oleh karena itu, hal ini perlu menjadi contoh untuk wilayah Rohil. "Ya, kita lihat langsung pengelolaan air bersih cukup bagus. Artinya, kondisi ini perlu kita contoh di daerah kita. Dan ini semua terlihat dirumah penduduk yang cukup bagus dan lancar," ujarnya. 
 
Menurutnya, pengelolaan air bersih di Pontianak tidak membebankan masyarakat. "Masyarakat Pontianak setiap bulannya tidak begitu berat membayar air. Ini yang akan kita terapkan di Rohil. Di balik itu, secara garis besar, Pontianak dan Rohil memiliki letak geografis yang mirip. Satu-satu jalan ini perlu diperjuangkan. Demi kepentingan masyarakat. Pasalnya, masyarakat Rohil sangat membutuhkan air bersih," sebutnya. (rep05/mtr)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index