Kisah Beringin Seram di Pintu Masuk Kerajaan Majapahit

Kisah Beringin Seram di Pintu Masuk Kerajaan Majapahit

Warisan Majapahit di Trowulan, Mojokerto Jawa Timur ada banyak, salah satunya Candi Wringin Lawang. Konon, inilah pintu masuk ke pusat Kerajaan Majapahit lengkap pohon beringin dengan kisah angkernya.

Candi atau Gapura Wringin Lawang terletak di Jatipasar, Mojokerto. Candi ini terbuat dari batu bata kecuali bagian anak tangganya terbuat dari batu andesit. Peninggalan Kerajaan Majapahit ini merupakan situs pertama yang saya kunjungi.

Kami disambut beberapa petugas dari pusat infomasi Majapahit di Trowulan. Setelah mengisi buku tamu kami bergegas melihat-lihat dari dekat eksotisme Wringin Lawang.

Seorang juru kunci bernama Andika menjelaskan kepada kami bahwa dulu di kanan dan kiri gapura ini pernah tumbuh pohon beringin tua. Pada saat candi ini mengalami pemugaran, pohon beringin tua yang dianggap angker dan menyeramkan tadi kemudian ditebang.

Konon warga sekitar Desa Jatipasar, di mana candi berada sering melihat kejadian-kejadian aneh bila menjelang maghrib. Seperti penampakan dan suara-suara aneh yang dituturkan oleh salah seorang warga desa. Kebetulan kami makan bersama kami di warung dekat candi.

Ketika kami tanyakan kembali kepada Andika, sang juru kunci asal Desa Sooka Mojokerto ini membantah. "Ah pendapat warga itu hanya rumor belaka, terkesan menakut-nakuti pengunjung candi," kata dia.

Sampai pada akhirnya pohon beringin tua nan rindang tak bisa dipertahankan, dan akhirnya ditebang juga. Sayang benar karena pepohonan yang usianya sudah tua dan rindang itu sebenarnya justru harus diselamatkan sebab ia menambah eksotisme candi ini.

Karena keberadaan pohon beringin ini, masyarakat Desa Jati Pasar kemudian menamakan gapura ini dengan sebutan Candi Wringin Lawang.

Bentuk gapura adalah candi bentar atau candi terbelah dua. Dari hasil penggalian arkeologis pada sebelah utara dan selatan gapura, terdapat sisa struktur bata yang mungkin merupakan bagian dari tembok keliling.

Sebelum dipugar, gapura sisi utara sebagian tubuh dan puncaknya telah hilang, tersisa setinggi 9 meter. Namun gapura ini kini telah utuh kembali setelah dipugar pada tahun 1991-1995.

Pemugaran terakhir dilakukan disaat menteri pariwisata di jabat oleh I Gede Ardhika. Sehingga didapati bentuk Gapura Wringinlawang yang anggun seperti  sekarang ini.

Sewaktu dilakukan penggalian di halaman barat daya gapura ditemukan 14 buah sumur. Bentuk sumur ada dua macam yaitu silindris dan kubus.

Dinding sumur untuk bentuk silindris menggunakan bata lengkung. Sedangkan sumur kubus menggunakan bata berbentu kubus pula.

Pada sumur yang berbentuk silindris dijumpai pula "jobong" yaitu semacam bis (bangunan tepi sumur) yang terbuat dari terakota (tanah liat bakar). Penempatan sumur di muka rumah sampai saat ini masih banyak dijumpai di rumah-rumah tradisional masyarakat Mojokerto Jawa Timur.

Berdasarkan hal ini, diperkirakan Gapura Wringin Lawang menghadap ke arah barat. Sumur ini juga berfungsi untuk memasuki sebuah kompleks bangunan yang berada di Kota Raja Majapahit.

Candi Wringin Lawang merupakan candi molek. Ini salah satu peninggalan bersejarah dari sekian banyak peninggalan Kerajaan Majapahit yang ada di Trowulan.

Setidaknya kemolekan gapura ini menyemangati kami untuk mengunjungi situs Majapahit lainnya. Kami bergegas menuju Trowulan karena di kecamatan ini tersimpan lebih banyak lagi warisan kemegahan kerajaan terbesar di negeri ini.(rep2)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index