Ini Dia Kisah Pilu Tewasnya 22 Anak Miskin India

Ini Dia Kisah Pilu Tewasnya 22 Anak Miskin India
net

India – Bak wabah penyakit, putus asa kini menyebar begitu saja di Desa Dharmasati Gandaman di negara bagian Bihar, India. Setelah ditinggal mati 22 anak-anak akibat keracunan makanan, kini hampir semua penduduk desa itu sedih dan putus asa. Desa itu kini tak ubanya desa mati.

“Apa yang harus saya lakukan sekarang, lebih baik kami mati,” ujar Terash Prasad salah seorang warga desa itu, sebagaimana terungkap dari reportase BBC. Terash adalah ayah dari anak perempuan berusia empat tahun yang ikut tewas akibat keracunan makanan itu. Satu anak perempuannya yang lain kini tengah berjuang mempertahankan hidup di rumah sakit akibat makanan yang sama. Istrinya, Renu Devi, terus menerus pingsan.

Suasana itulah yang terjadi di salah satu desa termiskin di India itu. Sebelumnya sebanyak 22 anak tewas setelah menyantap makanan gratis yang dibagikan sekolah. Rupanya makanan yang mereka dapatkan itu mengandung racun pestisida yang mematikan.

Niat sekolah itu memang baik. Untuk meningkatkan gizi anak, sekolah membagikan makanan gratis kepada siswa. Maklum saja, kemiskinan membuat mereka jarang mendapatkan makanan sehat. Kemiskinan pula yang menyebabkan pemerintah tak peduli dengan kematian itu. Tak ada seorang pun pejabat pemerintah, polisi, maupun petugas dinas kesehatan yang datang ke desa itu hingga setelah dua hari malapetaka tersebut terjadi.

Sujit Kumar, anak berusia sembilan tahun yang selamat, kini tak mau lagi pergi ke sekolah. Ia bahkan bersumpah tidak mau makan lagi makanan yang diberikan pemerintah. Maklum, ia kehilangan empat sahabatnya yang tewas setelah menyantap hidangan nasi campur kedelai dan sayuran yang dibagikan Selasa (16/7/2013).

Lebih dari 30 anak kini masih dirawat di rumah sakit di kota Patna, ibu kota negara bagian itu. Di antara mereka ada Pinki Kumari, 11 tahun. Ia adalah kakak Sujit yang beruntung selamat. Ayahnya, Chandra Mahto, yang merupakan buruh di Patna, kini tak mau pergi dari rumah sakit. Ia setia menanti di samping anaknya.

Di hari nahas itu. seperti anak lainnya, Sujit juga ikut menyantap makanan gratis tersebut. Namun, ia merasakan ada yang aneh dengan makanan itu, terasa pahit, tidak seperti sayuran lain pada umumnya. Ia pun membawa makanan itu pulang dan memberikannya kepada kambing miliknya.

Tak lama kemudian, kambingnya jatuh sakit. Sujit pun panik dan langsung memberi tahu ibunya dan warga desa lainnya mengenai makanan itu. Seketika, para orang tua bergegas ke sekolah dan membawa anak-anak mereka ke Puskesmas terdekat menumpang sepeda motor.

Dua anak meninggal seketika, sedangkan kondisi anak lainnya langsung kritis. Teman Sujit, Chandan Kumar, yang juga menyantap makanan itu mengaku sangat beruntung bisa hidup. Dia langsung memuntahkan makanan itu begitu masuk mulutnya.

Ayah Chandan, Harikishore Mahto, dan ibunya Sarswati Devi, mengaku sangat bersyukur kepada Dewa Dharmasati atas keselamatan anaknya.

Kini, sekolah nahas yang dibuka pada 201 dan memiliki 125 siswa itu lebih tampak seperti sekolah mati. Apalagi, sebagian jenazah anak dikuburkan di halaman sekolah yang hanya mempunyai satu ruangan kelas itu. Itupun sebenarnya bukan sekolah, melainkan sebuah balai desa yang luas bangunannya hanya 23 meter persegi. Asal tahu saja, dari 73.000 sekolah di negara bagian Bihar, lebih dari 8.000 di antaranya tidak punya ruangan sendiri.

Sekolah maut itu lebih layak dibilang ruang tantangan, tanpa kipas angin, tanpa lampu, dan tentu saja tanpa toilet. Di luar, hanya ada satu pompa air tangan untuk air minum.

Kini, pemandangan yang tampak di sekolah itu hanya pensil, buku, kantong pelastik, dan kardus aluminium makanan yang berserakan. Di luar, kursi-kursi plastik dan meja berserakan tak berbentuk lagi setelah dirusak warga yang marah. Tampak pula tiga buah jendela yang hancur dirusak massa. Hanya satu yang masih utuh menempel di tempatnya, yakni papan tulis yang warna hitamnya sudah pudar. (rep/01)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index