Rupiah Diprediksi Tak Membaik di 2016

Rupiah Diprediksi Tak Membaik di 2016
JAKARTA - Potensi laju penguatan Rupiah menjelang akhir tahun kemarin harus terganjal, dengan mulai kembali naiknya laju dolar Amerika Serikat (AS). Lantas, bagaimana kondisi Rupiah pada 2016 ini?
 
Oxford Economics dalam risetnya memaparkan, secara keseluruhan mata uang di negara-negara Asia telah melemah sepanjang 2015, bahkan menyentuh level terendah mereka sejak Maret 2009. Meski demikian, hal ini membuat level perbedaan beberapa negara menjadi sangat penting.
 
Sebuah penelitan terkait dengan real effective exchange rates (REERs) atau nilai tukar efektif di pasar spot, memperlihatkan jika valuasi ini tidak sama di antara nilai tukar negara di Asia, jika pelemahan nilai tukar dilihat secara nominal.
 
Oxford memberikan contoh, yuan tetap mendekati level tertinggi lima tahunannya, meskipun terbeban oleh neraca perdagangannya. Sementara rupee, berhasil mencatatkan level penguatan tertingginya sepanjang masa.
 
Namun, demi fortuna nampaknya masih belum berpihak pada Rupiah. Jika dua negara tersebut mencatatkan kinerja positif, tidak demikian pada Rupiah, ringgit Malaysia dan baht Thailand. Oxford memperkirakan Rupiah tidak akan mengalami perbaikan signifikan tahun ini, lantaran masih lemahnya fundamental domestik Indonesia, ditambah masih menguatnya dolar AS.
 
Seperti diketahui, kepastian suku bunga the Federal Reserve telah membuat nilai tukar dolar AS semakin menguat. Ditambah lagi, tahun depan diperkirakan akan terjadi kenaikan tingkat suku bunga the Fed dua atau tiga kali lagi.
 
Head Analis MNC, Edwin Sebayang, memperkirakan nilai tukar Rupiah tahun ini akan bergerak level dengan rata-rata di Rp14.600 per USD. Menurutnya, Rupiah masih dipengaruhi oleh sentimen global seperti Fed Fund Rate (FFR) dan juga masalah di China.
 
Dia melanjutkan, jika memang ekonomi China mengalami kontraksi, bukan tidak mungkin Rupiah akan mengalami kejatuhan. Edwin menambahkan, jika sampai terjadi depresiasi yuan mencapai 7 persen, maka Rupiah bisa memasuki level Rp15.100 per USD.
 
Pasalnya, saat ini belum ada sentimen yang bisa menahan pergerakan Rupiah, lantaran ketersediaan dolar AS di Indonesia yang tidak terlalu besar. Dia melihat, ekspektasi demand akan dolar AS akan terus tinggi, lantaran meskipun utang negara sudah berkurang, banyak perusahaan di Indonesia yang masih mengandalkan dolar AS untuk konsumsi dan membayar utang.
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index