Sabu Seharga Rp10 Miliar Lebih Dimusnahkan

Sabu Seharga Rp10 Miliar Lebih Dimusnahkan
Ilustrasi
PEKANBARU - Desingan mesin blender seketika melumat 1.050 ekstasi hasil tangkapan Direktorat Narkoba Polda Riau, Jumat (21/8). Bersama dengan itu, Sabu seberat 5 kilogram senilai Rp10 miliar juga turut dilarutkan dalam air.
 
Delapan orang tersangka pemilik barang haram itupun hanya bisa tertunduk. ‘’Betul ini barang yang Anda bawa dari Malaysia itu,’’ tanya Direktur Reserse Narkoba Polda Riau Kombes Pol Hermansyah sesaat sebelum menuang barang bukti sabu ke dalam ember.
 
Pemusnahan barang bukti hasil kejahatan narkotika itu dilakukan di halaman Kantor Ditres Narkoba Jalan Prambanan, Pekanbaru. Pemusnahanya sendiri dihadiri oleh perwakilan Kejaksaan Tinggi Riau, Kejari Bengkalis, Kejari Dumai, Dinas Kesehatan dan sejumlah instansi lainnya.
 
Hermansyah yang saat itu didampingi Kasubdit Satu Narkoba AKBP Hasyim, mengatakan bahwa jajaranya terus bekerja sama dengan sejumlah pihak agar ruang gerak peredaran narkoba di Riau semakin sempit. Salah satunya dengan Bea Cukai. Seperti pada pengungkapan sabu seberat 5 kilogram dari Malaysia. Di mana petugas patroli Bea Dan Cukai Kepulauan Riau berhasil mencegat kapal kayu dengan nomor dinding G7.S10.NO 1415 di Perairan Sinaboi, Rokan Hilir.
 
Saat digeledah ditemukan dua orang dengan nama Iwan Karel dan Fadli Afan kedapatan menyimpan sabu di dalam lima bungkus minuman sachet merek Da Hong Pao. ‘’Jadi dua orang tersangka ini mencoba mengelabui petugas dengan menyimpan sabu di sana. Bahkan saat ditangkap tersangka dengan nama Iwan ini bersembunyi di dekat baling-baling kapal,’’ kata Hermansyah.
Selain dua tersangka diatas, Polda Riau juga berhasil mengungkap peredaran sabu dari tersangka lainnya. Di antaranya Bambang Atmaja 23,04 gram, Harianto alias Rian 56,63 gram, Adi Supriadi 9,3 gram dan Aris Jauhari 5,2 gram.
 
Sementara untuk ekstasi yang berjumlah 1.050 butir, jajaranya dikatakan Hermansyah mengungkap dari dua orang tersangka, yakni Hairudin dengan rincian 523 butir berlogo kepiting dan 523 butir warna cream berlogo kacamata.
 
Hermansyah juga mengakui bahwa sistem distribusi narkoba yang masuk ke Indonesia dikoordinir secara rapi. Buktinya, setiap uangkapan tidak pernah bisa menangkap produsenya. ‘’Iya selalu putus jaringanya. Mereka (para tersangka) hanya sebagai kurir. Tidak tahu siapa pemilik dan siapa penerimanya,’’ sambungnya lagi.
 
Riau dikatakan Hermansyah masih menjadi jalur untuk memasok narkoba kesejumlah provinsi Di Sumatera. Hal ini dikarenakan panjangnya garis pantai, dan banyaknya pelabuhan tikus. Oleh karena itu, pengetatan di pintu pintu masuk ini terus ditingkatkan.(rep04/rpc)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index