Gelombang Tujuh Hantu di Sungai Kampar

Gelombang Tujuh Hantu di Sungai Kampar

PEKANBARU - Sungai Kampar merupakan salah satu sungai di Riau. Salah satu alirannya melintasi Kabupaten Pelalawan. Berbeda dengan lainnya, gelombang sungai di sana unik karena fenomena alam.

Biasanya gelombang sungai tidak terlalu tinggi, namun tinggi gelombang Sungai Kampar di Teluk Meranti, Pelalawan, bisa mencapai enam meter atau setera dengan ombak di laut saat cuaca buruk.

Gelombang tinggi muncul pada waktu-waktu tertentu. Air sungai tenang berwarna cokelat tiba-tiba bergejolak. Dari kejauhan muncul gulungan air yang berkejar-kejaran. Saat gelombang tinggi, suara gemuruh terdengar santer dari jarak beberapa ratus meter.

Warga menyebut gelombang tersebut dengan nama Bono. Ciri khasnya Bono memiliki tujuh gelombang yang melaju saling beriringan. Gelombang paling tinggi berada di bagian paling depan. Karena jumlah gelombangnya ada tujuh tak jarang warga juga menyebutnya dengan Gelombang Tujuh Hantu (Seven Ghosts).

Gulungan air juga membawa pasir putih yang terbawa naik dari dasar sungai. Air bercampur pasir dan lumpur itu akan terhempas ke bibir sungai dan airnya tidak jarang melimpah sampai ke rumah warga di tepian sungai.

“Bagi masyarakat di sini Bono itu artinya benar,” tutur Mepi (42), warga sekitar.

Bono, jelas dia, tercipta dari pertemuan air Sungai Kampar dengan air laut di muara. Pertemuan air di muara itulah yang menciptakan gelombang berbalik lagi ke arah sungai dengan kecepatan tinggi.

Namun, mengapa ketinggian gelombang bisa mencapai enam meter setiap akhir tahun, masih menjadi misteri.

Gelombang paling tinggi dan cepat dapat dilihat pada pertemuan sungai laut dengan Sungai Kampar, tepatanya di Pulau Bermuda. Ketinggian gelombang juga bisa diukur dengan kedalaman air sungai. Semakin dalam, maka semakin tinggi pula ombak yang diciptakan. Bila bono melintasi Sungai Kampar bisa memakan waktu satu sampai dua jam. Semakin jauh dari pusat gelombang, maka riaknya akan semakin kecil dan akhirnya menghilang.

Bono datang setiap hari setiap sekira pukul 14.00 WIB. Bila Gelombang Tujuh Hantu menampakan diri, semua aktivitas nelayan di perairan akan dihentikan. Beda halnya dengan para pecinta surfing, Bono merupakan anugerah.

Menurut Mepi, sudah banyak warga yang menjadi korban keganasan Bono. Umumnya, warga tersebut merupakan nelayan yang kapalnya dihempas Bono.

“Dulu juga pernah ada satu kapal kecil (pompong) yang mengakut beberapa orang hendak menyebarang terhantam Bono. Sebagian dari mereka tidak tahu di mana rimbanya. Sejak dulu, Bono memang dikenal angker,” ungkapnya dilansir okezone.com.

Gelombang Bono paling tinggi, yakni mencapai enam meter, bisa dilihat setiap akhir tahun. “Kalau hari biasa, ketinggian gelombang sekira 2,5 sampai tiga meter,” sebutnya.

Untuk dapat melihat Gelombang Bono di Teluk Meranti, dapat ditempuh melalui jalur darat sekira enam jam dari Kota Pekanbaru.

Dibutuhkan kendaraan prima dan berpenggerak empat roda untuk sampai ke sana. Sebagian jalan rusak dan berlumpur, apalagi di musim hujan.

Setelah jalur darat, perjalan dilanjutkan melalui sungai. Namun tenang, karena ada kapal penyeberangan yang mengantar ke tujuan. Kapal penyebarangan tersebut beroprasi setiap saat. Dibutuhkan waktu sekira 30 menit untuk sampai ke lokasi.(rep2)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index