Kekerasan Terhadap Anak Ibarat Fenomena Gunung Es

 Kekerasan Terhadap Anak Ibarat Fenomena Gunung Es
JAKARTA - Kasus kekerasan terhadap anak kini semakin kompleks. Mulai dari keberagaman motif, hingga jenis kekerasan yang diterima oleh anak. Karena itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual Terhadap Anak (GN-AKSA).
 
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, GN-AKSA bertujuan agar respon aparat penegakan hukum bisa lebih cepat. Sehingga, penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap anak bisa segera diselsaikan. Kendati demikan, Linda membenarkan hal tersebut belum bisa optimal dalam menekan jumlah kekerasan terhadap anak di Indonesia.
 
"GN-AKSA kan gerakan nasional dan bukan lembaga, kalau saya lihat positif thingking, sosialisasi berhasil, tapi ini fenomena gunung es. Kalau kita bicara kasus Emon, dia umur berapa sekarang? Mungki dulu, dia menjadi korban pelecehan seksual," kata Linda, Jumat (29/8/2014) kemarin.
 
Linda menganggap, kemajuan teknologi membawa andil dalam perkembangan pola pikir anak. Sehingga, pola asuh terhadap anak menjadi berbeda. "Kemajuan teknologi yang banyak mengandung hal negatif tentu ada efeknya dan itu memicu hal-hal buruk bagi anak," sambungnya.
 
Linda juga memaparkan, tontonan di televisi pun memicu pergeseran nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat. Semisal adegan murid melawan guru hingga tayangan bully untuk ajak lawakan. "Ini membuat hal-hal yang buruk bagi anak. Saya berpesan media untuk memperhatikan hal tersebut," tegasnya.
 
Lebih lanjut, Linda mengapresiasi adanya perubahan setelah Presiden SBY meneribitan GN-AKSA. Sebab, masyarakat kini lebih berani melaporkan kasus kekerasan terahadap anak, baik itu dalam bentuk pelecehan maupun kriminal lainnya.
 
"Masayarakat kini mulai berani mengadu jika adanya pelecehan seksual dan kekerasan terhadap anak," tuntasnya. (rep05)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index