Bahaya, 1 dari 4 Pria di Bawah 40 Tahun Susah Ereksi

 Bahaya, 1 dari 4 Pria di Bawah 40 Tahun Susah Ereksi

Jakarta-Gagal bercinta karena impotensi membuat pria minder. Kalau masalahnya karena umur, ada alasan yang wajar sebagai pemakluman. Sayangnya kini disfungsi ereksi juga melanda pria muda yang berumur tak lebih dari 40 tahun. Penelitian menemukan 1 dari 4 pria muda mengalaminya.

Disfungsi ereksi atau lebih akrab disapa dengan impotensi memang sering menghinggapi pria tua, umumnya yang berusia 40 tahun lebih. Tandanya adalah tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi untuk melakukan hubungan seksual. Gangguan ini sekaligus menunjukkan adanya masalah pada aliran darah.

Namun sebuah penelitian yang dilakukan Dr Poalo Capogrosso dari Universitas Vita-Salute San Raffaele di Italia menunjukkan anomali. Pertama-tama, dia memilah data dari 439 pasien dengan segala usia, sebanyak 114 orang di antaranya berusia 40 tahun atau lebih muda. Secara umum, pasien muda ini lebih sehat dibanding yang tua.

Dr Capogrosso dan timnya lalu berusaha menilai karakteristik para pria muda mengenai gejala-gejala awal impotensinya. Tak lupa, pria-pria tua juga ikut diperiksa. Hasilnya mengejutkan. Sebanyak 1 dari 4 pasien yang mencari bantuan karena gejala awal impotensi berusia tak lebih dari 40 tahun.

Bahkan hampir separuh jumlah pasien muda yang mencari bantuan dokter karena impotensi menyamai jumlah pasien tua. Sama seperti pria tua, diagnosis impotensi pada pria muda seringkali merupakan pertanda masalah kesehatan yang lebih serius. Faktor-faktor seperti merokok dan penggunaan narkoba adalah pemicunya.

"Fungsi ereksi secara umum adalah penanda atas fungsi kardiovaskular secara keseluruhan. Ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bukti disfungsi ereksi parah pada pria berusia 40 tahun atau lebih muda," kata Irwin Goldstein, kepala editor The Journal of Sexual Medicine seperti dilansir Huffington Post, Minggu (9/6).

Dulu, pasien muda yang mengalami impotensi sering diasumsikan penyebabnya lebih cenderung karena alasan psikologis, sehingga tidak perlu diperiksa kondisi pembuluh darahnya. Namun menurut Goldstein, nampaknya asumsi ini perlu dikoreksi. (rep05)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index