Wartawan Investigasi Bongkar Rahasia Prabowo

Wartawan Investigasi Bongkar Rahasia Prabowo
Jakarta - Rahasia Prabowo Subianto dibongkar wartawan investigasi Allan Nairn. Melalui blog, wartawan kelahiran Morristown, New Jersey, Amerika Serikat, itu mengungkap sisi gelap pemikiran calon presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya itu.
 
Nairn mewawancarai Prabowo sekitar Juni dan Juli 2001. Menurut wartawan kawakan yang meraih sejumlah penghargaan itu, wawancara tatap muka dilakukan di kantor perusahaan milik Prabowo di Mega Kuningan, Jakarta.
 
Prabowo diharapkan mau membuka informasi soal kasus pembantaian di Dili pada 12 November 1991 (dikenal sebagai Insiden Santa Cruz) secara off the record. Tapi, eks Komandan Jenderal Kopassus itu tak mau membuka banyak informasi. Prabowo, kata Nairn, malah mengalihkan pembicaraan ke permasalahan lain.
 
"Prabowo berbicara tentang fasisme, demokrasi, kebijakan membunuh dalam tubuh TNI/ABRI, serta hubungan antara dirinya dengan Pentagon dan Intelijen Amerika," ujar Nairn melalui sebuah tulisan yang diterbitkan di blognya pada 22 Juni 2014.
 
Menurut Nairn, Prabowo banyak melontarkan pemikiran ekstrem dalam wawancara itu. Prabowo, misalnya, mengecam demokrasi, menyebut mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden buta, dan membayangkan diri menjadi seorang diktator.
 
Koordinator Prabowo Media Center, Budi Purnomo Karjodihardjo, menyangkal Prabowo pernah melecehkan Gus Dur. Dia malah balik menyerang Nairn sebagai wartawan perang yang memiliki hubungan tak baik dengan TNI. "Pernyataan Allan Nairn adalah bagian dari black campaign dari orang yang tidak menghendaki Prabowo menjadi presiden," katanya kepada Tempo ketika dihubungi pada Jumat, 27 Juni 2014. 
 
Nairn berpendapat, pemikiran Prabowo yang disampaikan pada 2001 tadi relevan untuk diketahui publik yang akan menjalani pemilihan presiden pada 9 Juli nanti. Di sisi lain, wawancaranya dengan Prabowo bersifat off the record. Nairn lantas menghubungi Prabowo untuk meminta izin membuka wawancara itu ke publik. Tapi, Prabowo tidak memberikan balasan. Nairn memutuskan tetap membuka ke publik dengan pertimbangan demi kepentingan khalayak Indonesia. (rep01/tpc)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index